Sementaraitu Laboratorium Teknik Pengolahan Pangan dan Hasil Pertanian (TPPHP)- IPB telah merancang alat pengering yang dapat digunakan untuk melayukan bawang putih dan mengeringkan cabai merah. Alat pengering ini adalah tipe konveksi panas bebas yang menggunakan kompor tekan minyak tanah.
Cara mengolah hasil panen dengan teknologi pangan. Dalam era digital saat ini, teknologi pangan menjadi solusi untuk mengolah hasil panen dengan lebih efisien, cepat, dan presisi. Teknologi pangan memungkinkan para petani atau produsen makanan untuk menghasilkan produk makanan dengan kualitas yang lebih baik, memperpanjang umur simpan, meningkatkan rasa, dan mengurangi limbah makanan. Berikut adalah beberapa cara mengolah hasil panen dengan teknologi pangan. Pengeringan Dehidrasi atau pengeringan adalah teknik pengolahan yang umum digunakan untuk menghilangkan kelebihan air dari produk hasil panen. Dengan teknik ini, kandungan air dalam produk dapat dikurangi sehingga umur simpan makanan menjadi lebih panjang dan lebih mudah untuk disimpan. Produk hasil panen seperti buah, sayuran, dan biji-bijian dapat diolah dengan teknik dehidrasi menggunakan oven atau mesin pengering. Pemanasan Pemanasan merupakan teknik pengolahan yang dapat digunakan untuk menghilangkan bakteri, virus, dan jamur dari hasil panen. Teknik pemanasan dapat dilakukan dengan menggunakan microwave, oven, atau mesin pemanas lainnya. Beberapa jenis produk hasil panen yang dapat diolah dengan teknik pemanasan adalah kacang-kacangan, biji-bijian, dan sayuran. Pasteurisasi Pasteurisasi adalah teknik pengolahan yang digunakan untuk mengurangi jumlah bakteri dalam produk makanan. Teknik ini dapat digunakan untuk produk susu, jus, dan minuman lainnya. Pasteurisasi dilakukan dengan memanaskan produk pada suhu tinggi dalam jangka waktu tertentu sehingga bakteri yang ada dalam produk mati. Dengan teknik pasteurisasi, produk makanan menjadi lebih aman untuk dikonsumsi dan memiliki umur simpan yang lebih panjang. Pengawetan Pengawetan adalah teknik pengolahan yang digunakan untuk menjaga kualitas produk makanan dan memperpanjang umur simpan. Teknik pengawetan dapat dilakukan dengan menggunakan bahan-bahan pengawet alami seperti garam, cuka, atau air jeruk nipis. Selain itu, teknik pengawetan juga dapat dilakukan dengan menggunakan bahan pengawet kimia seperti natrium benzoat, asam askorbat, atau nisin. Fermentasi Fermentasi adalah teknik pengolahan yang menggunakan bakteri atau ragi untuk mengubah sifat produk hasil panen. Teknik fermentasi dapat digunakan untuk menghasilkan produk makanan seperti keju, yoghurt, atau tempe. Dengan teknik fermentasi, produk makanan menjadi lebih mudah dicerna dan lebih sehat karena mengandung probiotik dan enzim. Pemrosesan dengan mesin Teknologi pangan juga mencakup penggunaan mesin-mesin yang dapat membantu mengolah hasil panen dengan lebih cepat dan efisien. Beberapa mesin yang dapat digunakan untuk mengolah hasil panen antara lain mesin pengolah susu, mesin penggiling daging, mesin pengupas biji, dan mesin pengolah buah.
TRIBUNPADANGCOM - Bagaimana cara mengolah hasil panen? Pertanyaan tersebut akan dibahas pada kunci jawaban buku tema 7 kelas 3 halaman 7 dan 8. Pada pembelajaran kali ini, siswa akan mempelajari tentang Teknologi Pangan.
Bagaimana Cara Mengolah Hasil Panen – Assalamualaikum sahabat Antrakasa, bagaimana kabar kalian hari ini? Semoga selalu sehat dan bahagia selalu ya. Kali ini kita akan membahas tentang cara mengolah hasil panen. Sebagai petani atau seseorang yang menyukai pertanian, tentu saja mengolah hasil panen menjadi suatu hal yang sangat penting, karena dengan begitu kita dapat memanfaatkan hasil panen tersebut secara maksimal dan menjadikannya sebagai sumber penghasilan. Oleh karena itu, simak artikel ini sampai selesai ya, sahabat Antrakasa. Dalam artikel ini, kami akan memberikan beberapa tips dan cara mengolah hasil panen yang bisa kalian terapkan di kebun atau lahan pertanian kalian. Mulai dari cara menyimpan buah-buahan, sayuran, hingga pengolahan kopi dan cokelat. Yuk, kita belajar bersama-sama agar hasil panen yang kita peroleh dapat bermanfaat secara optimal. Selamat membaca! Daftar isi 1Bagaimana Cara Mengolah Hasil Panen?Pemisahan dan PembersihanPengolahan MakananPengawetan dengan FreezingPengawetan dengan PengeringanPengawetan dengan Penyimpanan dalam Cairan KonsentratPenguapanPelatihan untuk Teknik Olah Tanam TerbaruPengolahan Lahan TanamPenetapan Jadwal PanenPengendalian Hama dan PenyakitPenggunaan Pupuk OrganikPemanenanPengendalian Suhu dan KelembapanPemilihan Wadah yang TepatPengangkutan yang AmanPengolahan untuk IndustriPengolahan untuk KonsumenPemilihan Jenis Tanaman yang SesuaiPengendalian Air dan NutrisiPemeliharaan Alat PertanianKesimpulan Setelah bertani dengan susah payah, hasil panen akhirnya selesai dan harus di olah agar tidak cepat rusak dan dapat di manfaatkan secara optimal. Berikut adalah beberapa cara mengolah hasil panen. Pemisahan dan Pembersihan Setelah dipanen, hasil tanaman perlu di pisahkan dan di bersihkan dari kotoran dan biji yang tidak terpakai. Pemisahan ini dapat di lakukan dengan tangan atau menggunakan alat khusus, tergantung pada jenis tanaman yang di panen. Setelah di pisahkan, hasil panen perlu di cuci dan di keringkan secara menyeluruh. Pengolahan Makanan Hasil panen dapat di olah menjadi berbagai jenis makanan, seperti sayuran rebus, salad, atau sajian pokok. Setelah di cuci dan di keringkan, sayuran dapat di potong-potong dan di masak sesuai dengan selera. Biji-bijian seperti jagung atau kacang polong dapat juga di ambil dari tangkainya dan di masak sesuai resep. Pengawetan dengan Freezing Jika tidak ingin mengolah hasil panen dengan langsung di masak, hasil panen dapat di simpan dengan freezing. Caranya cukup mudah, cukup potong hasil panen sesuai ukuran yang di inginkan, lalu simpan dalam freezer selama beberapa jam. Setelah beku, hasil panen dapat di simpan dalam kantong plastik atau kontainer dengan penutup. Pengawetan dengan Pengeringan Pengeringan adalah cara yang baik untuk mengawetkan hasil panen dalam jangka waktu yang lebih lama. Caranya cukup mudah, cukup letakkan hasil panen pada kain atau kertas koran selama beberapa hari hingga kering dan lembab. Hasil panen yang sudah di keringkan dapat di simpan dalam kantong plastik atau kotak tertutup. Baca juga Bagaimana Cara Menghormati Orang Tua Kita Yg Sudah Meninggal Pengawetan dengan Penyimpanan dalam Cairan Konsentrat Pengawetan dengan penyimpanan dalam cairan konsentrat adalah cara lain yang efektif untuk mempertahankan hasil panen dalam jangka waktu yang lebih lama. Caranya cukup mudah dengan merebus hasil panen dalam air dan gula atau cuka. Setelah dingin, hasil panen dapat di tuangkan ke dalam wadah dan di simpan dalam lemari es. Penguapan Penguapan adalah cara lain untuk menghilangkan kelembapan pada hasil panen. Caranya cukup mudah, cukup letakkan hasil panen yang sudah di cuci dan di keringkan di bawah sinar matahari langsung selama beberapa jam. Namun perlu di ketahui bahwa penguapan tidak cocok untuk semua jenis tanaman. Pelatihan untuk Teknik Olah Tanam Terbaru Jika ingin menghasilkan panen yang lebih efektif dan efisien, pelatihan untuk teknik olah tanam terbaru dapat sangat membantu. Terdapat banyak organisasi pertanian yang menawarkan pelatihan seperti ini. Pelatihan ini akan membantu meningkatkan kemampuan petani dalam menghasilkan tanaman yang lebih baik dan memberikan hasil panen yang lebih besar. Pengolahan Lahan Tanam Pengolahan lahan tanam juga adalah faktor penting dalam menghasilkan panen yang baik. Pastikan lahan tanam selalu dalam kondisi yang baik, termasuk pemilihan pupuk yang tepat dan penanaman tanaman yang sesuai dengan kondisi tanah. Penetapan Jadwal Panen Penetapan jadwal panen adalah hal yang penting untuk memastikan hasil panen yang optimal. Hal ini membutuhkan pengamatan yang cermat mengenai tanaman dan kondisi cuaca. Jadwal panen yang tepat akan membantu menghasilkan tanaman yang lebih sehat dan hasil panen yang lebih besar. Pengendalian Hama dan Penyakit Pengendalian hama dan penyakit adalah hal penting dalam menghasilkan panen yang baik. Pastikan tanaman terlindungi dari serangan serangga dan penyakit yang dapat merusak tanaman. Untuk pengendalian hama dan penyakit, gunakan bahan kimia yang aman dan sesuai dengan jenis tanaman yang ingin di budidayakan. Penggunaan Pupuk Organik Penggunaan pupuk organik dapat membantu menghasilkan panen yang lebih baik dan lebih sehat. Pupuk organik yang terbuat dari limbah dapur atau pupuk kandang dapat membantu meningkatkan kualitas tanah dan menghasilkan tanaman yang lebih sehat. Pemanenan Pemanenan harus di lakukan dengan hati-hati agar hasil panen tidak rusak atau terbuang sia-sia. Setelah di panen, hasil panen harus segera di proses atau di simpan dalam wadah yang tepat. Pemanenan dapat di lakukan secara manual atau menggunakan alat khusus tergantung pada jenis tanaman. Pengendalian Suhu dan Kelembapan Setelah dipanen, hasil panen harus d isimpan dalam suhu dan kelembapan yang tepat agar tahan lama. Menyimpan hasil panen di tempat yang terlalu dingin atau terlalu panas dapat merusak kualitas hasil panen. Pemilihan Wadah yang Tepat Pemilihan wadah yang tepat sangat penting dalam pengolahan hasil panen. Wadah yang di gunakan harus dapat menjaga suhu dan kelembapan yang tepat agar hasil panen tahan lama. Pilihlah wadah yang aman dan sesuai dengan jenis tanaman yang ingin di simpan. Pengangkutan yang Aman Pengangkutan hasil panen harus di lakukan dengan hati-hati agar tidak rusak atau terbuang sia-sia. Pastikan hasil panen di pindahkan ke dalam wadah yang tepat dan di jaga agar tidak terguncang atau terjatuh selama dalam perjalanan. Pengolahan untuk Industri Hasil tanaman juga dapat di olah menjadi berbagai produk untuk industri, seperti minyak, gula, atau bahan bakar. Untuk menghasilkan produk yang berkualitas, pastikan pengolahan di lakukan dengan benar dan menggunakan teknik pengolahan yang tepat. Pengolahan untuk Konsumen Hasil tanaman juga dapat di olah menjadi berbagai produk untuk konsumen, seperti makanan ringan, jus, atau kue. Untuk menghasilkan produk yang berkualitas, pastikan pengolahan di lakukan dengan benar dan menggunakan teknik pengolahan yang tepat. Baca juga Bagaimana Cara Menghindari Makanan Dan Minuman Yang Haram Pemilihan Jenis Tanaman yang Sesuai Pemilihan jenis tanaman yang sesuai dengan kondisi tanah dan cuaca adalah faktor penting dalam menghasilkan panen yang baik. Pastikan memilih jenis tanaman yang sesuai dengan iklim dan kondisi tanah di area pertanian. Pengendalian Air dan Nutrisi Memastikan air dan nutrisi yang tepat adalah faktor penting dalam menghasilkan tanaman yang sehat dan panen yang baik. Pastikan tanaman selalu terjaga kelembapan dan nutrisi yang cukup agar tumbuh dengan baik dan menghasilkan panen yang optimal. Pemeliharaan Alat Pertanian Alat pertanian yang di gunakan untuk memanen atau mengolah hasil panen perlu di rawat dengan baik. Pastikan semua alat selalu dalam kondisi yang baik dan terawat agar tidak merusak hasil panen atau memperlambat proses pengolahan. Kesimpulan Mengolah hasil panen adalah hal yang sangat penting untuk mempertahankan kualitas dan daya tahan hasil panen. Dengan pengolahan yang tepat, hasil panen dapat di manfaatkan secara optimal dan bertahan lebih lama. Pastikan memilih teknik pengolahan yang tepat dan mengikuti panduan yang benar untuk mendapatkan hasil panen yang optimal. Demikianlah ulasan tentang cara mengolah hasil panen yang dapat di lakukan dengan mudah dan praktis. Semoga informasi ini bermanfaat bagi Anda yang ingin mengolah hasil panen dengan lebih baik. Terima kasih telah membaca artikel ini dan sampai jumpa di artikel menarik lainnya.
  1. ፓφуζа ժኀծ
  2. Жօժюраቩу ασаկа хуклеኧиթуβ
    1. ቮуц ሆቱуհθци сሄփоηу
    2. Υ ኡжаш
    3. ሗωሞуσ офυтոβ
Cirinyawarna hijau mulai memudar dan ujung-ujung buah mulai kuning tetapi belum pecah. Buah yang dipanen selanjutkan dilayukan dengan mencelupkan ke dalam air panas 65 derajat Celcus selama 2 - 2,5 menit. Setelah itu dikeringkan dengan alat pengering atau di bawah sinar matahari dengan suhu 60 - 65 derajat Celcus selama 3 jam.
Maret 9, 2023 Pelajaran SD Kelas 3 Bagaimana cara mengolah hasil panen? Apa saja contoh makanan yang terbuat dari kacang kedelai? Pembahasan kunci jawaban tema 7 kelas 3 halaman 7. Tepatnya pada materi pembelajaran 1 subtema 1 Perkembangan Teknologi Produksi Pangan. Pertanyaan tentang cara mengolah hasil panen pada pembahasan kali ini merupakan salah satu soal pada kunci jawaban pembelajaran 1 halaman 7, 8, 9 dan 11. Dan merupakan lanjutan tugas sebelumnya, di mana kalian telah mengerjakan soal tentang Apakah hasil panen pertanian dan peternakan dapat bertahan lama. Ayo Membaca Siti menunjukkan sebuah teks bacaan. Isinya tentang teknologi pangan. Tahukah kamu apa arti teknologi pangan? Ayo, kita baca teks bacaan yang ditunjukkan oleh Siti! Teknologi Pangan Alam Indonesia sungguh kaya. Kacang kedelai, jagung, dan kelapa adalah hasil pertanian. Telur, daging, dan susu adalah hasil peternakan. Semua itu adalah sumber pangan kita. Pangan artinya makanan. Alam Indonesia menyediakan sumber pangan kita. Hasil panen dan ternak yang melimpah memberi makanan yang cukup bagi kita. Akan tetapi, hasil pertanian dan peternakan tidak dapat bertahan lama. Makanan itu dapat membusuk. Makanan busuk harus dibuang. Hasil panen harus diolah agar tidak cepat membusuk. Mengolah hasil panen dilakukan dengan teknologi pangan. Teknologi pangan adalah penggunaan ilmu pengetahuan untuk mengolah pangan. Teknologi pangan dapat menghasilkan makanan baru. Teknologi pangan menjaga agar makanan tidak cepat membusuk. Hasil panen berlimpah dapat diolah menjadi makanan baru. Kacang kedelai dapat dibuat menjadi tahu, tempe, dan kecap. Susu sapi dapat diolah menjadi mentega, susu bubuk, dan keju. Teknologi pangan mengolah makanan agar tahan lama. Teknologi pangan sangat bermanfaat bagi kehidupan. Jawablah pertanyaan berikut berdasarkan teks “Teknologi Pangan”! 3. Bagaimana cara mengolah hasil panen? Jawab Mengolah hasil panen dilakukan dengan teknologi pangan. Baca juga pembahasan soal nomor 4 dan 5 berikut ini 1. Apa arti dari pangan? 2. Apakah hasil panen pertanian dan peternakan dapat bertahan lama? 4. Apa saja contoh makanan yang terbuat dari kacang kedelai? 5. Apa manfaat dari teknologi pangan? Jawaban buka disini Kunci jawaban tema 7 kelas 3 halaman 7, 8, 9, 11 Pembelajaran 1 Subtrema 1 Demikian pembahasan soal pada materi pembelajaran 1 subtema 1 Perkembangan Teknologi Produksi Pangan di halaman 7 tentang cara mengolah hasil panen. Semoga bermanfaat dan berguna bagi kalian. Terimakasih, selamat belajar!

Berikutcara mengolah porang menjadi konyaku dan shirataki : Bersihkan i les-iles hasil panen dengan cara mencucinya; Selanjutnya iris tipis-tipis dengan ketebalan 5 sampai 7 mm. Hamparkan di atas "irig" atau nampan belubang-lubang. Kemudian keringkan sampai mencapai kadar air ± 12%.

Bagaimana Cara Mengolah Hasil Panen di Tahun 2023 Pertanian merupakan sektor penting dalam perekonomian Indonesia. Namun, tidak hanya menanam saja yang menjadi fokus, mengolah hasil panen juga menjadi hal penting untuk meningkatkan nilai tambah produk pertanian. Berikut ini adalah tips untuk mengolah hasil panen yang dapat membantu petani dan pengusaha pertanian di Indonesia. 1. Pemilihan Bahan Baku yang Berkualitas Langkah pertama untuk mengolah hasil panen adalah memilih bahan baku yang berkualitas. Pastikan bahan baku yang digunakan adalah hasil panen yang segar dan dalam kondisi baik. Pilihlah bahan baku yang tidak rusak atau cacat, karena hal itu dapat mempengaruhi kualitas produk akhir. 2. Membersihkan dan Memisahkan Bahan Baku Setelah memilih bahan baku yang berkualitas, langkah selanjutnya adalah membersihkan dan memisahkan bahan baku. Bersihkan bahan baku dari kotoran dan tanah yang menempel. Kemudian, pisahkan bahan baku yang berbeda jenis atau kualitasnya agar mudah dalam pengolahan. 3. Memilih Teknik Pengolahan yang Tepat Setiap jenis hasil panen memerlukan teknik pengolahan yang berbeda-beda. Ada yang hanya perlu dicuci dan dipotong-potong, ada juga yang perlu dipanggang atau direbus terlebih dahulu. Pilihlah teknik pengolahan yang tepat sesuai dengan jenis hasil panen yang akan diolah. 4. Menambahkan Bahan Tambahan yang Dibutuhkan Selain pengolahan dasar, terkadang dibutuhkan tambahan bahan-bahan lain untuk meningkatkan rasa atau daya tahan produk. Misalnya, untuk mengolah sayuran, dapat ditambahkan bumbu-bumbu atau rempah-rempah untuk memberikan rasa yang lebih enak. Atau untuk mengolah buah, dapat ditambahkan bahan pengawet alami seperti gula atau air jeruk nipis untuk memperpanjang umur simpan. 5. Proses Penyimpanan yang Tepat Setelah diolah, hasil panen harus disimpan dengan baik agar tetap segar dan awet. Pastikan produk disimpan pada suhu yang tepat dan dalam wadah yang sesuai. Misalnya, sayuran dapat disimpan dalam kulkas pada suhu 4°C, sedangkan buah dapat disimpan pada suhu ruang atau dalam kulkas pada suhu 10°C. 6. Distribusi Produk yang Tepat Langkah terakhir dalam mengolah hasil panen adalah mendistribusikan produk dengan tepat. Pastikan produk disimpan dalam wadah yang aman dan tahan banting selama pengiriman. Selain itu, pastikan produk disampaikan pada waktu yang tepat agar tetap segar dan tidak rusak. Dengan mengikuti tips di atas, diharapkan petani dan pengusaha pertanian di Indonesia dapat menghasilkan produk olahan hasil panen yang berkualitas dan tahan lama. Semoga tips ini bermanfaat bagi Anda yang ingin mengembangkan usaha di bidang pertanian.

Bagaimanacara mengolah hasil panen? Seperti diketahui, hasil panen pertanian adalah hasil yang tentunya diperoleh dari kegiatan bertani atau bercocok tanam. Setelah melakukan proses penanaman, bercocok tanam, dan perawatan tanaman dengan benar, panen adalah momen yang paling ditunggu-tunggu oleh para petani. Namun, setelah panen, hasil panen masih harus diolah agar bisa dijual atau dikonsumsi. Nah, dalam artikel ini akan dibahas bagaimana cara mengolah hasil panen secara benar, agar hasil panen bisa menjadi lebih bernilai. Pengertian Mengolah Hasil Panen Mengolah hasil panen adalah proses pengolahan bahan pangan yang diperoleh dari hasil pertanian atau peternakan, agar dapat dikonsumsi atau dijual. Proses pengolahan ini meliputi pemilahan, pembersihan, pemisahan bagian yang diinginkan, dan pengolahan lebih lanjut agar bahan pangan tersebut siap dijual atau dikonsumsi. Langkah-langkah Mengolah Hasil Panen 1. Pemilahan Pemilahan dilakukan dengan cara memilih bagian yang baik dan layak untuk diolah. Bagian yang tidak layak seperti bagian yang busuk, cacat, atau rusak harus dikeluarkan agar tidak merusak hasil pengolahan. 2. Pembersihan Pembersihan juga merupakan langkah penting dalam mengolah hasil panen. Bagian yang sudah dipilih harus dibersihkan dari kotoran atau benda asing yang menempel. Pembersihan dapat dilakukan dengan cara mencuci atau membersihkan permukaan dengan alat khusus. 3. Pemisahan Bagian yang Diinginkan Pemisahan bagian yang diinginkan dilakukan untuk memisahkan bagian yang bisa digunakan dengan bagian yang tidak bisa digunakan. Contoh pemisahan bagian yang diinginkan adalah memisahkan daging ayam dengan tulangnya atau memisahkan biji kopi dengan kulitnya. 4. Pengolahan Lebih Lanjut Setelah bagian yang diinginkan dipisahkan, bagian tersebut bisa diolah lebih lanjut dengan cara dipotong atau diiris sesuai dengan kebutuhan. Pengolahan lebih lanjut juga dapat dilakukan dengan cara memasak atau mengeringkan bahan pangan tersebut. Jenis-jenis Pengolahan Hasil Panen 1. Pengolahan Pangan Segar Pengolahan pangan segar dilakukan pada hasil panen yang masih segar, seperti buah-buahan, sayuran, atau daging segar. Pengolahan ini dilakukan dengan cara memasak, menggoreng, atau membuat jus agar bahan pangan tersebut lebih enak dan bergizi. 2. Pengolahan Makanan Olahan Pengolahan makanan olahan dilakukan pada hasil panen yang sudah diolah sebelumnya seperti tepung, mie, atau kue. Pengolahan ini meliputi proses pengeringan, penggilingan, atau pencampuran bahan. Tips Mengolah Hasil Panen Dengan Baik 1. Menyimpan Hasil Panen Sebelum mengolah hasil panen, pastikan untuk menyimpannya dengan baik agar tetap segar. Bahan pangan yang masih segar akan memberikan hasil olahan yang lebih baik. Cara menyimpannya dapat dilakukan dengan cara memasukkannya ke dalam kulkas atau tempat yang sejuk. 2. Menggunakan Perlatan Khusus Menggunakan peralatan khusus seperti pisau tajam, penggilingan, atau blender akan mempermudah proses pengolahan. Dengan menggunakan alat tersebut, proses pengolahan bisa lebih cepat dan hasil olahan bisa lebih halus dan merata. 3. Mengikuti Resep Mengikuti resep saat mengolah hasil panen juga sangat penting agar hasil olahan bisa lebih enak dan bergizi. Resep juga membantu dalam menentukan bahan dan perbandingan bahan yang tepat sehingga hasil olahan bisa lebih sempurna. Conclusion Mengolah hasil panen memang memerlukan kesabaran dan ketelitian agar hasil olahan bisa lebih enak dan bernilai. Namun, dengan mengikuti tips dan langkah-langkah yang tepat, proses pengolahan hasil panen bisa menjadi lebih mudah dan memuaskan. FAQs 1. Apa itu pengolahan hasil panen? Pengolahan hasil panen adalah proses pengolahan bahan pangan yang diperoleh dari hasil pertanian atau peternakan, agar dapat dikonsumsi atau dijual. 2. Apa saja langkah-langkah mengolah hasil panen? Langkah-langkah mengolah hasil panen meliputi pemilahan, pembersihan, pemisahan bagian yang diinginkan, dan pengolahan lebih lanjut agar bahan pangan tersebut siap dijual atau dikonsumsi. 3. Apa jenis-jenis pengolahan hasil panen? Jenis-jenis pengolahan hasil panen meliputi pengolahan pangan segar dan pengolahan makanan olahan. 4. Apa tips mengolah hasil panen dengan baik? Tips mengolah hasil panen dengan baik adalah menyimpan hasil panen dengan baik, menggunakan peralatan khusus, dan mengikuti resep. 5. Mengapa penting mengikuti resep saat mengolah hasil panen? Mengikuti resep saat mengolah hasil panen penting agar hasil olahan bisa lebih enak dan bergizi. Resep juga membantu dalam menentukan bahan dan perbandingan bahan yang tepat sehingga hasil olahan bisa lebih sempurna. CARAMENGOLAH KASTANYE CHESTNUT ‖hasil panen‖ #chestnut#berangan#kastanye#栗ごはん#japanesefood Tingkat kesuburan sebagian besar lahan di Indonesia tergolong tinggi. Dengan pangsa pasar dunia untuk hasil hortikultura yang terus meningkat sebenarnya merupakan peluang bagi Indonesia untuk melipatgandakan produksi dan mutu buah-buahan, sayur-sayuran, dan bunga-bungaan. Namun, hasil panen lahan pertanian itu ternyata tidak memberi pendapatan yang tinggi bagi para petani. Salah satu sebabnya adalah cara pengelolaan pascapanen yang kurang baik. Padahal pengelolaan pascapanen bisa menyangkut banyak hal antara lain mengurangi susut selama proses penanganan pasca- panen, menjaga kualitas produk tetap baik selama dalam penyimpanan dan pengangkutannya ke pasar, serta dalam memilah hasil agar sesuai kriteria mutu yang diinginkan. Hal tersebut tentunya sangat berpengaruh pada harga dan hasil penjualannya. Oleh karena itu, peranan teknik pertanian dalam bidang panen dan pascapanen hasil hortikultura di masa depan adalah mengurangi susut dan meningkatkan efisiensi proses, mutu, menduga masa simpan akibat dampak lingkungan, merancang kemasan untuk pengangkutan, memilih film kemasan, mengendalikan lingkungan penyimpanan, menerapkan kontrol otomatik, dan merancang alat dan mesin dari yang sederhana sampai sistem robotik. Berbagai alat pengolahan hasil panen kemudian dikembangkan. Dalam bidang holtikultura misalnya, alat dan mesin yang diproduksi meliputi tangki baja tahan karat, alat sterilisasi, mesin pengering, alat goreng hampa, mesin pemisah pulp markissa, dan mesin pemisah kulit buah. Penerapan teknik modern dalam pertanian terbukti dapat mengurangi susut dan meningkatkan efisiensi proses. Penelitian buah-buahan yang didanai ACIAR Australian Centre for International Agricultural Research di ASEAN dan Australia, menunjukkan penyimpanan dengan atmosfir terkendali Controlled Atmosphere Storage, CAS, pelapisan film dapat dimakan edible coating, dan perbaikan sistem teknologi pascapanen dapat menurunkan susut pascapanen. Hasil pengkajiannya, seperti diuraikan Hadi K Purwadaria guru besar pada Ilmu Mekanisasi Pertanian IPB, menyebutkan susut pascapanen mangga dengan CAS turun dari 9,2 persen menjadi 7,8 persen. Sedangkan dengan pelapisan film menurunkan susut alpokat dari 30 persen menjadi 15 persen. Sementara itu Laboratorium Teknik Pengolahan Pangan dan Hasil Pertanian TPPHP- IPB telah merancang alat pengering yang dapat digunakan untuk melayukan bawang putih dan mengeringkan cabai merah. Alat pengering ini adalah tipe konveksi panas bebas yang menggunakan kompor tekan minyak tanah. Lahan petani bawang putih di Tawangmangu dan Magelang, Jawa Tengah, telah menggunakan alat ini. Pada percobaan tahun 1993, Hadi membuktikan cara pelayuan bawang putih dengan alat ini dapat memperpendek proses tersebut dari 40 hari dengan cara tradisional yaitu pengasapan dan penganginan menjadi 13 hari. Dengan cara baru rendemen hasil pelayuannya 68,3 persen dan biaya operasinya adalah Rp 199,8 per kg bawang putih kering. Dengan prinsip yang sama, dirancang pula alat pengering cabai merah untuk mengatasi masalah pemucatan warna cabai akibat penjemuran yang berkisar 5-10 persen dari setiap 100 ton cabai segar, yang dialami pengusaha cabai kering di Blora, Jawa Tengah. Dengan alat ini efisiensi pemanasan dan pengeringan dapat mencapai masing-masing 58,18 persen dan 20,35 persen *** Sementara itu bagi konsumen dalam memutuskan untuk membeli, perubahan mutu hasil hortikultura seperti warna, kekerasan, aroma dan citarasa merupakan faktor kritis. Lamanya masa simpan setelah panen dan pengolahan dalam rantai tataniaga yang panjang sebelum tiba di tangan konsumen merupakan hal yang mempengaruhi itu. Beberapa faktor yang mempengaruhi umur simpan produk pascapanen antara lain adalah pengangkutan dan pemasaran. Karena itu, upaya yang perlu dilakukan adalah memperhitungkan umur simpan yang optimal untuk produk hasil hortikultura tersebut. Pendugaan umur simpan dapat dilakukan dengan simulasi komputer yang disusun dari model matematika. Dengan mencari secara matematik hubungan antara umur petik dengan ukuran, perubahan warna, kekerasan dan susut bobot tomat, Hadi berhasil menetapkan bahwa tomat sebaiknya dipetik pada umur 22 hari. Pada saat itu tomat tidak membesar lagi dan dapat bertahan selama 58 hari dalam kemasan atmosfir termodifikasi MAP dengan stretch film pada suhu 150 derajat Celsius. Selain itu telah dibuat program simulasi komputer untuk meramalkan masa simpan jeruk yang mengalami perubahan lingkungan dan pergantian jenis kendaraan selama pengangkutan. Diketahui fluktuasi suhu lingkungan terhadap jeruk siem selama pengangkutan, yaitu 6 hari pada 15oC, 5 hari pada 10oC, 2 hari pada 30oC, 3 hari pada 10oC dan 3 hari pada 150oC menyebabkan masa simpan di mata rantai eceran tinggal 13 hari pada suhu ruang 30oC. Perancangan kemasan dalam pengangkutan bermanfaat pula untuk meredam goncangan dalam perjalanan. Pengemasan atmosfir termodifikasi MAP dilakukan pada pengemasan eceran di pasar swalayan untuk buah-buahan dan sayuran tanpa memperhatikan jenis film kemasan yang dipakai. Padahal, jenis film kemasan yang tidak tepat akan mengakibatkan pemendekan masa simpan karena komposisi atmosfir di dalam kemasan berubah akibat daya permeabilitas film kemasan yang berbeda-beda. IPB telah mengembangkan metode untuk menentukan jenis kemasan film MAP Modified Atmosphere Packaging bagi masing-masing jenis komoditas buah-buahan, sayuran, dan bunga-bungaan. Hasil penelitian ini telah dipakai secara komersial oleh Tenant Inkubator Agrobisnis dan Agroindustri, IPB. Penyimpanan dengan atmosfir terkendali Controlled Atmosphere Storage, CAS telah lama diterapkan secara komersial di negara subtropika misalnya untuk apel dan kubis sehingga dapat diekspor sepanjang tahun. Laboratorium TPPHP-IPB telah mengkaji kemungkinan penerapan CAS untuk durian melalui program Riset Unggulan Terpadu IV. Hasil awal menunjukkan durian yang disimpan dalam komposisi 5 persen O2 dan 5 persen CO2 pada suhu 5oC bertahan selama 45 hari. *** Seperti diketahui Indone-sia hingga saat ini belum mampu meningkatkan volume ekspor buah-buahan karena masih sulit memenuhi persyaratan mutu yang diminta negara tujuan ekspor. Masalahnya karena selama ini sortasi atau pemilahan dilakukan secara visual dan manual. ”Sortasi visual tidak dapat memisahkan buah-buahan dengan rasa manis dari buah-buahan yang asam. Padahal konsumen di negara maju, Jepang misalnya, berani membayar mahal untuk buah-buahan tropis yang dianggap eksotik asalkan bermutu prima,” urai Hadi. Karena itu menurutnya, sortasi buah-buahan untuk memilih mutu yang memenuhi standar ekspor merupakan penanganan yang harus dilaku-kan. Hadi dan beberapa rekannya kemudian merekayasa alat sortasi buah-buahan secara tepat, akurat dan nondestruktif berdasarkan warna, ukuran, berat, dan cita rasa. Alat sortasi tersebut merupakan suatu sistem terpadu yang terdiri atas sistem elektro-optika sebagai sensor, ban berjalan, sistem komputerisasi dan unit pemisah mekanik. Penelitian ini terdiri atas tiga tahap yaitu, penentuan jenis dan sifat karakteristik buah tropis untuk komoditas subyek penelitian, pengembangan sistem elektro-optika dan perancangan prototype alat sortasi mutu buah, dan penyempurnaan on-line system serta pengujian prototype alat sortasi. sumber referensi

Bagaimanacara mengolah hasil panen? 1. Apa arti dari pangan? Jawab: Pangan artinya makanan. Pangan merupakan kebutuhan pokok masyarakat selain tempat 2. Apakah hasil panen pertanian dan peternakan dapat bertahan lama? Jawab: Hasil pertanian dan peternakan tidak dapat 3. Bagaimana cara

Hasil panen merupakan besarnya jumlah produk yang dihasilkan dari usaha tani yang dilakukan dalam satu periode produksi. Hasil yang diperoleh pada akhir periode pertanian ini berbeda tergantung pada jenis komoditas budidaya yang di umum hasil panen akan menunjukkan rasio keberhasilan dan keuntungan yang akan di peroleh dari sebuah lahan tani pada akhir musim pertanian. Hasil panen inilah yang kemudian akan diolah dan di distribusikan untuk memenuhi berbagai aspek kebutuhan tergolong bahan organik, hasil panen tidak dapat bertahan terlalu lama untuk diolah. Hal ini akan menjadi masalah ketika ada terlalu banyak hasil panen pada satu periode terlalu lama dibiarkan tanpa penanganan yang tepat, hasil panen ini akan kehilangan kesegaran dan kualitasnya. Berikut beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk menjaga hasil panen bertahan lebih lama1. Teknologi PanganMengelola hasil panen dengan teknologi pangan dilakukan dengan memanfaatkan perkembangan teknologi untuk mengolah makanan. Cara ini di lakukan dengan cara mengubah hasil panen menjadi jenis makanan atau olahan tertentu agar dapat bertahan lebih lama sebelum teknologi pangan secara tepat dapat mengurangi hasil panen yang terbuang karena pembusukan dan tidak layak konsumsi. Selain itu teknologi pangan juga dapat menghasilkan produk makanan yang lebih berkualitas dan paling umum ditemui sebagai pemanfaatan teknologi pangan pada hasil panen adalah kedelai dan susu. Cara menanam kedelai yang baik dan perawatan yang tepat seringkali membuat petani kedelai banjir hasil panen di akhir musim. Untuk mencegah hasil panen terbuang sia-sia kedelai dapat diolah menjadi tahu dan tempe, serta susu yang diolah menjadi keju dan Menjaga Kebersihan Hasil PanenHama yang terdapat pada tumbuhan dapat menyebabkan kerusakan bahkan setelah dilakukan panen. Hasil panen yang tidak dibersihkan dengan baik akan mengalami kerusakan yang lebih ini terjadi karena hama yang tertinggal pada daun atapun batang tanaman akan tetap berkembang sehingga menyebabkan tumbuhan menjadi lebih cepat menjaga hasil panen agar lebih tahan lama, sebaiknya bersihkan buah dan sayur dengan benar sebelum di kemas atau disimpan. Hal ini sangat penting dilakukan khususnya apabila cara mengatasi hama bila pestisida kimia dilarang karena dampak buruknya bagi itu usaha lain yang dapat ditempuh untuk sedikit mengurangi hama yang tertinggal pada hasil panen dan meningkatkan kualitas adalah dengan cara membuat pupuk organik cair untuk tanaman dan Menyediakan Tempat Penyimpanan Yang BaikHasil panen dapat bertahan lebih lama ketika disimpan dalam ruang pendingin ataupun lemari es. Suhu dingin yang stabil terbukti dapat membuat buah dan sayur tetap segar lebih hanya bermanfaat untuk mempertahankan kesegaran sayur dan buah, lemari es juga dapat menjadi alternatif cara merawat bunga yang sudah dipotong agar lebih awet bagi petani dan penjual hasil panen dengan plastik, kardus, kotak kayu atau media lain yang sejenis juga dapat menjaga kualitas hasil panen lebih perlu diperhatikan adalah untuk memastikan buah dan sayur harus dikeringkan dengan baik sebelum di simpan di ruang pendingin maupun dikemas. Karena sisa air yang menempel pada hasil panen, justru akan menyebabkan terjadinya Mengeringkan Hasil PanenHasil panen juga akan bertahan lebih lama ketika seluruh kadar air yang dimilikinya telah dikeringkan. Proses ini dapat dilakukan dengan menjemur hasil panen di bawah terik sayangnya metode ini akan sangat bergantung pada intensitas cahaya matahari dan tidak dapat dilakukan pada semua hasil panen. Yang paling umum metode ini gunakan untuk mengolah pinang, pandan dan daun panen pada dasarnya memang tidak dapat bertahan terlalu lama karna merupakan hasil alam yang tidak menggunakan zat adalah kebanyakan petani mengurangi penggunaan bahan kimia sebagai pengusir hama dengan alasan pupuk kimia bermanfaat tapi membahayakan pada kondisi tertentu langkah-langkah di atas dapat dilakukan untuk mengolah hasil panen agar dapat bertahan lebih lama sebelum diolah dan di distribusikan. Jawabandari bagaimana cara mengolah hasil panen yang benar adalah dengan menggunakan teknologi pangan. Teknologi pangan, yaitu penggunaan ilmu pengetahuan untuk mengolah pangan.
Mempersiapkan Alat dan Bahan untuk Mengolah Hasil Panen Hasil panen yang dihasilkan para petani dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan, baik untuk dijual maupun untuk kebutuhan rumah tangga. Sebelum mengolah hasil panen tersebut, petani perlu mempersiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan agar proses pengolahan dapat dilakukan dengan baik. Berikut adalah beberapa alat dan bahan yang perlu dipersiapkan sebelum mengolah hasil panen 1. Alat Pengolah Hasil Panen Sebelum mengolah hasil panen, petani perlu menyiapkan berbagai alat yang dibutuhkan. Alat-alat yang perlu disiapkan antara lain Alat cuci sayuran dan buah-buahan. Alat cuci sayuran dan buah-buahan perlu disiapkan untuk membersihkan hasil panen dari kotoran dan debu. Petani dapat menggunakan ember berisi air untuk mencuci hasil panen tersebut. Alat pemotong. Alat pemotong seperti pisau perlu disiapkan untuk memotong bahan mentah seperti sayuran, buah-buahan, dan daging. Selain itu, dalam pengolahan hasil panen seperti pengeringan atau penggilingan, petani membutuhkan pisau untuk mempersiapkan bahan-bahan yang diolah menjadi ukuran kecil atau halus. Alat penggiling. Alat penggiling perlu disiapkan untuk menggiling hasil panen seperti beras, jagung atau kebutuhan giling lainnya untuk membuat tepung yang nantinya bisa digunakan untuk membuat aneka olahan makanan. Alat pengukur suhu dan kelembaban. Pengukur suhu dan kelembaban sangat penting dalam pengolahan hasil panen yang memerlukan proses pengeringan. Kondisi suhu dan kelembaban yang tepat akan mempercepat proses pengeringan dan menghindari pertumbuhan jamur. 2. Bahan Pengolah Hasil Panen Setelah menyiapkan alat, petani juga perlu menyiapkan bahan yang dibutuhkan untuk mengolah hasil panen. Bahan-bahan yang diperlukan tergantung pada jenis hasil panen yang akan diolah. Berikut adalah beberapa bahan pengolah hasil panen yang paling umum digunakan Bahan pengawet makanan. Bahan pengawet makanan seperti garam, gula, cuka, atau asam sitrat digunakan untuk mengawetkan hasil panen yang akan disimpan dalam jangka waktu yang lama. Bahan pengering. Bahan pengering seperti arang atau kayu bakar digunakan untuk mengeringkan hasil panen seperti kacang-kacangan, biji-bijian, atau ikan. Selain itu, petani juga dapat menggunakan oven atau mesin pengering khusus untuk mengeringkan hasil panen tersebut. Bahan tambahan. Bahan tambahan seperti tepung terigu, tepung beras, atau tepung jagung digunakan untuk mengikat hasil panen seperti sayuran, daging, atau telur saat diolah menjadi bola-bola atau cemilan lainnya. Bahan perasa. Bahan perasa seperti kecap, saus, atau bumbu-bumbu lainnya digunakan untuk menambah rasa pada olahan hasil panen. Persiapan alat dan bahan pengolah hasil panen sebaiknya dilakukan sebelum memanen. Petani harus memastikan bahwa semua alat dan bahan yang dibutuhkan tersedia dan siap digunakan. Selain itu, petani juga harus memastikan keselamatan dan kebersihan alat dan bahan tersebut agar produk yang dihasilkan berkualitas dan aman untuk dikonsumsi. Dengan menyiapkan alat dan bahan pengolah hasil panen dengan baik, petani akan lebih mudah dan efektif saat mengolah hasil panen mereka menjadi produk jadi untuk dijual atau untuk kebutuhan rumah tangga. Metode Pengeringan yang Tepat untuk Hasil Panen Setelah panen, pengeringan adalah tahap berikutnya dalam mengolah hasil panen. Pengeringan dapat mempengaruhi kualitas hasil panen yang akan disimpan. Jika pengeringan tidak dilakukan dengan benar, maka hasil panen dapat dihancurkan atau menjadi berjamur dan tidak dapat dikonsumsi. Oleh karena itu, perlu dipilih metode pengeringan yang tepat untuk hasil panen, terlebih lagi pada hasil panen yang memiliki kadar air yang tinggi. Berikut adalah beberapa metode pengeringan yang dapat digunakan untuk hasil panen Pengeringan Secara Sederhana Pengeringan secara sederhana adalah salah satu metode pengeringan yang paling mudah dan murah. Metode ini dilakukan dengan meletakkan hasil panen di bawah sinar matahari sampai kadar airnya turun menjadi 13%. Cara ini sering digunakan untuk mengeringkan hasil panen seperti bunga, cabai, atau sayuran. Namun, cara ini tidak cocok untuk hasil panen yang memiliki kadar air yang tinggi seperti buah-buahan atau umbi-umbian. Karena pengeringan tidak merata, hasil pengeringan mungkin tidak stabil dan terkena hujan dan jamur. Pengeringan di Bawah Sinar Matahari dengan Bantuan Alat Secara Sederhana Metode pengeringan ini menggunakan alat sederhana seperti rak atau jaringan kasa untuk menempatkan hasil panen agar terkena sinar matahari. Alat ini dilengkapi dengan plastik untuk melindungi hasil panen dari hujan atau debu yang dapat merusak kualitas hasil panen. Metode pengeringan ini baik untuk mengeringkan hasil panen yang lebih besar seperti umbi-umbian, biji-bijian, atau kopi. Hasil pengeringan akan lebih baik dan lebih stabil dibandingkan dengan pengeringan di bawah sinar matahari biasa karena pengeringan lebih merata. Pengeringan Dalam Oven Jika pengeringan dengan sinar matahari tidak layak, metode pengeringan lain yang bisa dipilih adalah pengeringan dalam oven. Metode ini sangat baik untuk mengeringkan hasil panen seperti biji-bijian atau kacang-kacangan. Di dalam oven, hasil panen dipanaskan dengan suhu tertentu untuk mengurangi kadar air hingga mencapai tingkat kelembaban yang diinginkan. Cara ini dapat digunakan dalam situasi cuaca yang buruk atau lingkungan yang tidak cocok untuk pengeringan hasil panen. Pengeringan dengan Mesin Pengering Mesin pengering adalah metode pengeringan yang paling mutakhir. Mesin ini cocok untuk mengeringkan hasil panen dengan kadar air yang tinggi seperti buah-buahan atau sayuran. Mesin pengering efektif dan menghasilkan produk pengeringan dengan kualitas yang stabil dan baik. Mesin pengering dapat mengurangi aktivitas mikrobakteri sehingga memperpanjang masa simpan produk akhir dan menjaga kualitas rasa dan aroma. Pengolahan hasil panen menjadi produk akhir yang stabil dan layak konsumsi sangat penting dilakukan untuk menghindari kerugian dan pastikan kualitas hasil panen tinggi. Dalam memilih metode pengeringan yang tepat, kita harus mempertimbangkan faktor-faktor seperti ukuran hasil panen, jenis tanaman, kadar air, dan keadaan lingkungan sekitar. Dengan memilih metode pengeringan yang tepat, maka diharapkan hasil panen akan menjadi produk akhir yang berkualitas dan memiliki masa simpan yang panjang. Prosedur Penyimpanan untuk Hasil Panen yang Tahan Lama Setelah hasil panen berhasil diperoleh, langkah selanjutnya yang harus dilakukan oleh petani adalah menyimpannya dengan baik agar hasil panen tersebut bisa tahan lama dan mampu bertahan hingga berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun. Oleh sebab itu, petani perlu melakukan prosedur penyimpanan untuk hasil panen yang tahan lama. Berikut adalah beberapa tips yang bisa petani lakukan 1. Mempersiapkan Tempat Penyimpanan Langkah pertama dalam prosedur penyimpanan untuk hasil panen adalah mempersiapkan tempat penyimpanan yang sesuai. Petani perlu mencari tempat yang aman dari serangan hama atau binatang pengganggu lainnya, serta tempat yang tidak terkena sinar matahari langsung. Petani juga perlu memastikan kebersihan lingkungan tempat penyimpanan, agar tidak menimbulkan kerusakan pada hasil panen. 2. Sortir dan Seleksi Hasil Panen Sebelum menyimpan hasil panen, langkah selanjutnya yang harus dilakukan adalah sortir dan seleksi pada hasil panen. Petani harus memilih hasil panen yang berkualitas terbaik dan membuang hasil panen yang rusak atau cacat. Dengan cara ini, hasil panen yang disimpan memiliki kualitas yang lebih baik dan dapat bertahan lama. 3. Pengemasan yang Tepat Selanjutnya, petani perlu melakukan pengemasan yang tepat pada hasil panen sebelum disimpan. Pengemasan dapat dilakukan dengan menggunakan kantong plastik, karung, atau boks yang bersih dan berkualitas baik. Pastikan pengemasan dilakukan dengan rapi dan tidak terlalu padat agar sirkulasi udara masih dapat lancar. Jangan lupa, tandai jenis dan tanggal panen pada kemasan hasil panen, agar mudah dikenali saat akan mengambilnya dari tempat penyimpanan. 4. Suhu dan Kelembapan yang Tepat Untuk menjaga kualitas hasil panen yang disimpan, petani harus memperhatikan suhu dan kelembapan pada tempat penyimpanan. Umumnya, suhu 10-15°C dan kelembapan 70-80% adalah kondisi yang ideal untuk melestarikan hasil panen. Petani bisa menggunakan alat seperti termometer dan hygrometer untuk mengukur suhu dan kelembapan pada tempat penyimpanan. 5. Pemeliharaan dan Pemantauan Terakhir, petani perlu melakukan pemeliharaan dan pemantauan pada hasil panen yang disimpan. Langkah ini bertujuan untuk menghindari tumbuhnya jamur atau bakteri, serta memeriksa kualitas hasil panen secara berkala. Petani dapat melakukan pembersihan tempat penyimpanan, menjaga suhu dan kelembapan, serta membuang hasil panen yang sudah tidak layak konsumsi. Itulah beberapa tips prosedur penyimpanan untuk hasil panen yang tahan lama yang bisa petani lakukan. Dengan melakukan langkah-langkah tersebut, diharapkan hasil panen bisa bertahan lama dan memiliki kualitas yang baik. Selamat mencoba! Teknik Pengolahan untuk Meningkatkan Nilai Hasil Panen Setelah panen selesai dilakukan, tahap berikutnya adalah pengolahan hasil panen. Pengolahan yang baik dan tepat dapat meningkatkan nilai hasil panen dan menjadikan produk hasil panen yang dihasilkan lebih baik dan berkualitas. Berikut ini beberapa teknik pengolahan untuk meningkatkan nilai hasil panen. 1. Seleksi dan Sortasi Teknik pengolahan yang pertama adalah seleksi dan sortasi. Seleksi dan sortasi bertujuan untuk memilah-milah hasil panen yang baik dan sehat dari hasil panen yang tidak baik dan sehat. Hal ini akan membuat produk hasil panen yang dihasilkan lebih berkualitas dan layak untuk dikonsumsi. 2. Pembersihan Pembersihan merupakan teknik pengolahan yang sangat penting untuk meningkatkan nilai hasil panen. Pembersihan dilakukan untuk membersihkan kotoran dan rumput atau daun yang menempel pada hasil panen. Hasil panen yang bersih menjadi lebih menarik dan berkualitas, sehingga konsumen lebih tertarik untuk membelinya. 3. Pengemasan Pengemasan juga merupakan teknik pengolahan yang sangat penting untuk meningkatkan nilai hasil panen. Pengemasan yang baik dan rapi dapat membuat produk hasil panen yang dihasilkan menjadi lebih menarik dan berkualitas. Konsumen juga lebih mudah untuk memilih dan membeli pada saat produk yang dikemas dengan baik dan rapi. 4. Pengolahan Tambahan Selain teknik pengolahan di atas, pengolahan tambahan juga dapat dilakukan untuk memperbaiki nilai hasil panen. Beberapa contoh pengolahan tambahan adalah pengeringan, pengawetan, fermentasi, dan lain sebagainya. Proses pengolahan tambahan ini dapat meningkatkan kualitas produk hasil panen dan membuatnya lebih awet. Pengeringan merupakan teknik pengolahan tambahan yang dilakukan dengan cara mengeringkan hasil panen di bawah sinar matahari atau menggunakan mesin pengering. Pengeringan dapat dilakukan pada hasil panen seperti biji kopi, cabe, atau daging. Pengeringan dapat membuat hasil panen lebih awet dan mudah untuk disimpan. Pengawetan merupakan teknik pengolahan tambahan yang dilakukan dengan cara menambahkan bahan-bahan tertentu untuk membuat produk hasil panen lebih tahan lama. Beberapa bahan pengawet yang umum digunakan adalah garam, cuka, dan asam sitrat. Fermentasi merupakan teknik pengolahan tambahan yang dilakukan dengan cara memberikan bakteri tertentu pada hasil panen. Fermentasi dapat dilakukan pada hasil panen seperti tempe, susu, atau tape. Fermentasi dapat meningkatkan nilai gizi dan membuat produk hasil panen menjadi lebih awet. Dengan teknik pengolahan yang baik dan tepat, hasil panen dapat diolah dengan lebih baik dan berkualitas. Produk hasil panen yang berkualitas dapat meningkatkan daya jual dan menjadikan petani lebih sejahtera. Menciptakan Produk Olahan dari Hasil Panen yang Bernilai Tinggi Setelah panen, biasanya petani akan menjual hasil panen mereka ke pasar atau pihak yang membutuhkan. Namun, jika hasil panen tersebut diolah lebih lanjut, maka petani bisa mendapatkan nilai lebih dari panennya tersebut. Selain itu, dengan mengolah hasil panen, bisa dilakukan diversifikasi produk sehingga beragam produk bisa dipasarkan. Berikut adalah beberapa produk olahan yang bisa dihasilkan dari berbagai macam hasil panen Jam, Selai, dan Sirup Buah Buah-buahan bisa diolah menjadi berbagai macam produk olahan, seperti jam, selai, dan sirup. Caranya adalah dengan memasak buah bersama dengan gula dan bahan pengental lainnya, seperti pektin. Selain buah segar, bisa juga menggunakan buah yang sudah matang, bahkan yang tidak begitu segar. Produk olahan ini bisa dijual langsung ke konsumen atau ke toko-toko makanan. Produk Olahan Beras Beras bisa diolah menjadi berbagai macam produk olahan, seperti tepung beras, beras merah, dan ketan. Tepung beras bisa digunakan sebagai bahan membuat kue dan makanan lainnya. Beras merah dan ketan bisa dijual langsung ke toko bahan makanan atau pasar tradisional. Selain itu, beras juga bisa diolah menjadi produk makanan lainnya seperti mie atau makaroni. Produk Olahan Biji-bijian Selain beras, biji-bijian seperti jagung, gandum, dan kedelai juga bisa diolah menjadi berbagai produk olahan. Contohnya tepung jagung untuk membuat mie jagung, atau tepung gandum untuk membuat roti. Produk olahan biji-bijian juga bisa dijual ke toko bahan makanan atau pasar tradisional. Produk Olahan Coklat Coklat juga bisa diolah menjadi berbagai macam produk olahan, seperti coklat batangan, bubuk coklat, atau coklat praline. Bisa juga dilakukan penambahan rasa atau bahan tambahan lainnya untuk membuat produk yang lebih beragam. Produk olahan coklat ini bisa dijual ke toko coklat atau dijadikan oleh-oleh. Olahan Sayuran dan Buah Sayuran dan buah juga bisa diolah menjadi berbagai macam produk olahan. Contoh produk olahan sayuran seperti abon jamur atau sambal terong. Sedangkan contoh produk olahan buah diantaranya manisan buah atau jus. Produk olahan sayuran dan buah ini bisa dijual langsung ke konsumen atau ke toko-toko makanan. Itulah beberapa contoh produk olahan yang bisa dihasilkan dari berbagai macam hasil panen. Namun, dalam menghasilkan produk olahan, harus diperhatikan kualitas bahan baku yang digunakan, proses produksi yang benar, serta kemasan produk yang berkualitas. Dengan begitu, produk olahan yang dihasilkan memiliki nilai jual yang tinggi dan bisa bersaing di pasaran.
Hasilpanen harus diolah agar tidak cepat membusuk. Mengolah hasil panen dilakukan dengan teknologi pangan. Teknologi pangan adalah penggunaan ilmu pengetahuan untuk mengolah pangan. Teknologi pangan dapat menghasilkan makanan baru. Teknologi pangan menjaga agar makanan tidak cepat membusuk. Hasil panen berlimpah dapat diolah menjadi makanan baru. Kacang kedelai dapat dibuat menjadi tahu, tempe, dan kecap.
Last 10 years, more than 50 papers and handbooks have been published on the topic of sustainable production and processing in the coffee commodity. Review process is used by desk study based on several scientific journals which are related to the topic. It was found by scientific publisher webs such as Scopus, Ebsco, Researchgate, Portal Garuda, DOAJ and Google Scholar. Technically, sustainability was discussed at least 3 aspects, economic, social and ecology. In global growth, particularly a coffee commodity has been disturbing production which was caused by global warming, fair-trade and social conflict. On the other hand, dynamically there has been increasing of demand export and local due to lifestyle. Based on the fact, the realistic solution is needed on these matters. This study has done several articles reviewed and synthesized. The systematic of it's through content analysis on that article and then clustered by a topic which assessed. The realistic solution complied based on economic, social and ecology aspects in a sustainable production and processing. Finally, we suggest several new techniques and products downstream which could be developed to reach the sustainability and processing of the coffee, especially cold-brew for new coffee product. ,,,, Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free Sistem Produksi dan Pengolahan Kopi Berkelanjutan State of The Art Jurnal Agroteknologi Vol. 13 No. 02 2019 171 SISTEM PRODUKSI DAN PENGOLAHAN KOPI BERKELANJUTAN STATE OF THE ART Sustainable Production and Processing System of Coffee State of the Art - Rachman Jaya1*, Yusriana Yusriana2, Rizki Ardiansyah1 1Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Aceh Jl. Panglima Nyak Makam No. 27 Lampineung Banda Aceh, Indonesia, 23125 2Program Studi Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh, Indonesia *Korespondensi Penulis ABSTRACT Last 10 years, more than 50 papers and handbooks have been published on the topic of sustainable production and processing in the coffee commodity. Review process is used by desk study based on several scientific journals which are related to the topic. It was found by scientific publisher webs such as Scopus, Ebsco, Researchgate, Portal Garuda, DOAJ and Google Scholar. Technically, sustainability was discussed at least 3 aspects, economic, social and ecology. In global growth, particularly a coffee commodity has been disturbing production which was caused by global warming, fair-trade and social conflict. On the other hand, dynamically there has been increasing of demand export and local due to lifestyle. Based on the fact, the realistic solution is needed on these matters. This study has done several articles reviewed and synthesized. The systematic of it’s through content analysis on that article and then clustered by a topic which assessed. The realistic solution complied based on economic, social and ecology aspects in a sustainable production and processing. Finally, we suggest several new techniques and products downstream which could be developed to reach the sustainability and processing of the coffee, especially cold-brew for new coffee product. ,,,, Keywords coffee, processing, state of the art, sustainable production PENDAHULUAN Saat ini kopi telah menjadi gaya hidup social life style di kota-kota besar dunia Cowan, 2005 tidak hanya di kalangan kaula muda, tetapi juga pada kalangan dewasa. Pada sisi yang lain, globalisasi menuntut sistem produksi dan proses pengolahan serta bisnis yang berkelanjutan melalui sertifikasi Giovannucci dan Ponte, 2005; Astuti et al., 2015. Makna berkelanjutan setidaknya menyangkut aspek ekonomi, sosial dan lingkungan Adam dan Ghaly, 2007; Nuva et al., 2013; Jaya et al., 2013; Narita dan Inouye, 2014; Krishnan, 2017; Rosen, 2018, termasuk juga masalah perubahan iklim global Syakir dan Surmaini, 2017; Ram, 2018 pada komoditas kopi Cremaschi et al., 2018, termasuk di Indonesia Wijaya et al., 2017. Secara teknis, total produksi kopi dunia mengalami dinamika yang cukup tajam, baik dari jenis arabika maupun robusta Gambar 1. Peningkatan produksi salah satunya dipasok oleh Vietnam yang mencapai 19% Ho et al., 2018, yang telah menjadi salah satu eksportir utama kopi dunia, selain Brazil, Ethiophia, Indonesia dan Kolombia ICO, 2019; Volsi et al., 2019, sedangkan produk kopi Indonesia mencapai 565,08 ton pada tahun 2018 atau dari total produksi kopi dunia ICO, 2019. Sistem Produksi dan Pengolahan Kopi Berkelanjutan State of The Art Jurnal Agroteknologi Vol. 13 No. 02 2019 172 Gambar 1. Tren produksi kopi arabika dan robusta dunia pada 4 tahun terakhir Sumber ICO, 2019 Gambar 2. Dinamika harga kopi dunia tahun 2019 Sumber Harga komposit, ICO Berdasarkan Gambar 2, terlihat bahwa harga rata-rata kopi arabika mengalami penurunan pada pertengahan tahun dan meningkat kembali pada saat akhir dan awal tahun. Hal ini disebabkan oleh umumnya panen raya kopi arabika di kawasan tropis, seperti di Indonesia dan Vietnam terjadi pada Bulan Oktober-Mei, dengan panen puncak pada Bulan Januari-Maret. Berdasarkan hal ini, Mayrowani 2013 menyatakan bahwa sangat penting untuk menentukan kebijakan teknologi pasca panen, dalam hal ini mengacu pada inovasi produk olahan terutama pada saat harga turun. Tujuan dari penelitian ini adalah melakukan ekstraksi dan sintesis terhadap beberapa artikel ilmiah sistem produksi dan pengolahan untuk menentukan opsi penelitian yang akan datang future work dengan pendekatan berkelanjutan. Struktur artikel berdasarkan telaah kritis terhadap naskah literatur review, sistematika pengklasifikasin berbasis topik, analisis konten dan sintesis serta penyusunan opsi penelitian ke depan future work and needs. Limitasi dari artikel ini adalah topik yang dikaji terbatas pada sistem produksi dan produk olahan kopi downstream serta beberapa titik kritis yang berpengaruh terhadap mutu produk yang dihasilkan. Pemaknaan meaning dari terminologi pengolahan dan produksi yang mengacu kepada kerangka sistem mengacu pada produk turunan komoditas kopi downstream untuk pengolahan, sedangkan produksi mengacu pada sistem produksi yang mencakup kegiatan produksi kopi dari hulu-hilir. Telaah review yang dilakukan pada kajian ini berbasis pendekatan berkelanjutan. METODE PENELITIAN Tahapan Penelitian Sistematika penelitian ini dilaksanakan berdasarkan penelaahan reviewed dari beberapa artikel ilmiah fokus yang telah dipublikasi di jurnal Gambar 3. Selain itu juga artikel yang bersifat teknis dan buku pegangan yang berkaitan dengan fokus kajian handbook untuk melengkapi telaah dan sintesis serta lingkup kegiatan ke depan future work and needs. Sampel dan Metode Analisis Dalam penelitian ini artikel ilmiah yang dianalisis berjumlah 52 Gambar 4, 95% berasal dari jurnal ilmiah yang terindeks di Scopus, Thompson, Google Scholar, Copenicus, Researchgate, Ebsco, Portal Garuda, - 2016 2017 2018Karung 60 kgTahun859095100105110115OctSeptAgstJulyJuneMayAprlMarFebJanDes'18Nov'18Harga cent/lbBulan 2019 Sistem Produksi dan Pengolahan Kopi Berkelanjutan State of The Art Jurnal Agroteknologi Vol. 13 No. 02 2019 173 DOAJ dan Sinta-Kementrian Riset dan Teknologi Kemenristek. 60% merupakan terbitan 5 tahun terakhir 2015-2019. Gambar 3. Sistematika penelitian Secara teknis, identifikasi artikel dilakukan melalui kata kunci key words yang akan dijadikan topik pada penelitian ini melalui portal beberapa publisher seperti Ebsco, Science Direct, Thomson, DOAJ, Academia-Edu, Researchgate, Sinta dan Google Cendikia Scholar. Kata kunci yang digunakan antara lain coffee production, coffee processing, coffee development, susianability of coffee. Proses analisis dilakukan melalui sistem klaster terhadap artikel tersebut, yaitu berdasarkan sistem produksi dan pengolahan processing kopi secara berkelanjutan. Gambar 4. Jumlah artikel ilmiah yang dianalisis HASIL DAN PEMBAHASAN Konsep Berkelanjutan Dalam kajian ini, untuk mengetahui lebih dalam terhadap aspek berkelanjutan yang diaplikasikan pada sistem pengolahan dan produksi maka dilakukan kajian terhadap beberapa artikel. Dalam hal ini berkaitan dengan aspek/dimensi keberlanjutan yang diaplikasikan secara rinci ditunjukkan pada Tabel 1. Dasar pemikiran dari konsep pembangunan berkelanjutan pada awalnya dipublikasi oleh World Commission on Environment and Development WCED pada tahun 1987 Langhelle, 1999. Inti dari konsep tersebut Menurut Munasinghe 2010 adalah integrasi antara 3 dimensi utama, yaitu ekonomi, sosial dan lingkungan ecology. Konsep pembangunan berkelanjutan kemudian banyak diadopsi pada sistem pembangunan berbasis komoditi, misalnya pada kopi Adam dan Ghaly, 2007. Demikian juga pada bidang keilmuan yang lain, seperti manajemen rantai pasok Cuthbertson, 2011. 61384 4 332 2702468101214Jumlah artikelTahun- Artikel ilmiah - Hand books - Data statistic - Laporan teknis Sistem produksi berkelanjutan Sistem procesing berkelanjutan Telaah kritis critical review Sistem Produksi dan Pengolahan Kopi Berkelanjutan State of The Art Jurnal Agroteknologi Vol. 13 No. 02 2019 174 Tabel 1. Beberapa artikel yang membahas dimensi berkelanjutan ekonomi, sosial dan lingkungan Ekonomi, sosial dan lingkungan Lingkungan global iklim Jurnal Litbang Pertanian, 2017 Int. J. on Adv. Sci. Eng. Infor. Tech., 2013 EEPSEA, Policy Brief, 2013 Ekonomi, sosial dan lingkungan Sistem produksi, ekonomi dan lingkungan J. of Natural Sci. Research, 2017 Agricultural System, 2008 Ekonomi, sosial, lingkungan Sistem Produksi Berkelanjutan Dalam penelitian ini, pokok bahasan dimulai dari terminologi berkelanjutan. Menurut Gimenez et al. 2012 berkelanjutan merupakan integrasi dari aspek ekonomi, sosial dan lingkungan. Pada konteks sistem produksi pertanian, makna berkelanjutan berkaitan erat dengan nilai aggregate dari ketiga aspek tersebut Sydrovych dan Wossink, 2008, demikian juga pada komoditas kopi Giovanni dan Ponte, 2005. Tabel 2. Beberapa artikel yang membahas aspek sistem produksi berkelanjutan Sistem produksi berkelanjutan Vietnam Kaitan perubahan iklim dengan produksi dan pengembangan Jurnal Litbang Pertanian, 2017 Pemanfaatan kulit kopi review Food Research Interational, 2014 Sertifikasi lingkungan dan keberlanjutan kopi Indonesia EEPSEA, Policy Brief, 2013 Isu, konsep dan aplikasi keberlajutan Glocalism Journal of Culture, Politics and Innovation, 2018 Sistem produksi kopi berkelanjutan Asian Coffee Conference, 2018 Dinamika produksi kopi Brazil Risiko dan manfaat mengkonsumsi kopi Medical and Aromatic Plants, 2017 Sistem produksi kopi, Ethiopia review Journal of Natural Sciences Research, 2017 Model partnership sistem produksi kopi Indonesia Pemahaman pertanian berkelanjutan Agricultural System, 2008 Sistem Pengolahan Processing Berkelanjutan Dalam artikel ini sistem pengolahan, dalam hal ini termasuk produk turunan downstream berkelanjutan difokuskan pada beberapa hal penting yang mempengaruhi mutu produk kopi olahan Sistem Produksi dan Pengolahan Kopi Berkelanjutan State of The Art Jurnal Agroteknologi Vol. 13 No. 02 2019 175 yang dihasilkan. Menurut Clarke 2001 dan Oliviera et al. 2018, bahwa yang mempengaruhi mutu dari kopi brewed mencakup kultivar, blend, proses produksi dan penyimpanan. Secara detail, proses mencakup sejak biji kopi cherry dipanen sampai dengan kopi biji green bean siap diolah, dipasarkan atau disimpan Tabel 3. Pada sisi yang lain, juga berkembangan pesat produk turunan berupa minuman Tabel 3. Beberapa artikel yang membahas aspek pengolahan yang berkaitan dengan mutu produk kopi brewed dan produk Deteksi adulterasi pada biji kopi roasted Int. J. Food Science and Technology, 2019 Shelf-life and sensory of cold-brew Int. Proceeding of Sustainable Functional Foods & Nutraceuticals, 2018 Journal of Applied Science and Agriculture, 2015 Food Science and Quality Management, 2016 Karaktersisasi produk cold-brew Evaluasi aroma kopi brewed Food Sci. Technology, 2011 Atribut sensori cold-brew Konten kafein dan klorogenik cold-brew Dampak fermentasi terhadap mutu Level poliphenol dan kafein berdasarkan varietas Penerimaan konsumen terhadap cold-brew Perubahan mutu sensori selama penyimpanan Food Science and Nutrition, 2013 Pengaruh fermentasi terhaap mutu kopi biji Journal of Food Quality, 2018 Optimasi penyangraian kopi robusta Food Quality and Preference, 2001 Kualitas biji kopi arabika berdasarkan ketinggian Analisis sensori kopi robusta Journal of Agricultural Studies, 2016 Kafein pada minuman campuran kopi dan kakao Journal of Innovative Research in Engineering and Science, 2012 Aspek yang mempengaruhi mutu kopi Journal of Food Quality editorial Food Science and Nutrition, 2019 Pengolahan dan Pengeringan kopi International Journal of Engineering Research & Technology, 2014 Ghosh dan Venkatachalapathy Aktivitas antioksidan dan keasaman cold-brew Dampak perbedaan suhu dan waktu peyangraian review Tropical Agriculture Science, 2016 Pengaruh penyangraian terhadap mutu kopi Ethiopia Journal of Nutritional Ecology and Food Research, 2015 Aspek teknis cupping test Coffee Industry Board, 2008 Sistem Produksi dan Pengolahan Kopi Berkelanjutan State of The Art Jurnal Agroteknologi Vol. 13 No. 02 2019 176 beverages berbahan baku kopi ataupun yang dicampur dengan bahan lain, misalnya coklat Kwak et al., 2015, demikian juga dengan inovasi minuman ringan kopi cold-brew Lane et al., 2017. Berdasarkan aspek pengolahan, saat ini sudah terdapat inovasi produk turunan berbasis kopi dengan campuran komoditas lain, misalnya coklat Ogah dan Ogebe, 2012. Selain itu seiring dengan berjalannya waktu, berkembang juga beberapa produk turunan dari komoditas kopi, misalnya minuman ringan beverages cold-brew Rao dan Fuller, 2018; Aisah et al., 2018; Dwiranti et al., 2019; Hao et al., 2019. Selain itu upaya peningkatan mutu produk kopi masih menjadi hal penting, terutama yang berkaitan dengan pengaruh suhu dan waktu pada saat penyangraian Mendes et al., 2001; Tadesse et al., 2015; Aliah et al., 2015; Shan et al., 2016. Pada sisi yang lain, juga penting untuk memperhatikan aspek lain yang berpengaruh pada mutu, misalnya fermentasi Kwak et al., 2018; Haile dan Kang, 2019, aspek penyimpanan pada kopi Kruemel et al., 2013, pengeringan biji kopi Ghosh dan Venkatachalapathy, 2014; Phitakwinai et al., 2019. Saat ini telah berkembang beberapa kegiatan events yang berkaitan dengan evaluasi sensori Kreuml et al., 2013; Dwiranti et al., 2019; Hao et al., 2019. Hal terpenting bagi yang tertarik menjadi penguji tester adalah atribut dan teknis pelaksanaan cupping-test Willis, 2008. Secara keseluruhan pengembangan komoditas kopi saat ini harus memperhatikan aspek keberlanjutan hulu-hilir, proses sertifikasi tidak hanya pada tataran manajerial tetapi harus diimplemantasikan sampai pada petani, terutama pada nilai premium pengembalian penjualan oleh eksportir. Tindak lanjut dari hal ini adalah sistem penelusuran traceability menjadi sangat penting sebagai dasar ketepatan pengembalian nilai premium tersebut autentifikasi. Demikian juga dengan perkembangan produk turunan baru dari komoditas kopi ataupun campuran dengan komoditas lain, seperti kakao juga harus memperhatikan aspek keberlanjutan, agar nilai tambah produk jauh lebih meningkat. KESIMPULAN Pengembangan komoditas kopi harus memperhatikan aspek keberlanjutan yaitu ekonomi, sosial dan lingkungan. Hal ini berkaitan erat dengan meningkatnya permintaan kopi, terutama kopi arabika akibat dari perubahan gaya hidup, sedangkan pada sisi yang terdapat tantangan pada sistem produksi, salah satunya akibat pemanasan global. Demikian juga pada aspek pengolahan dan inovasi pada produk turunan. SINTESA Berdasarkan Tabel 1, 2 dan 3 terlihat bahwa fokus utama pengembangan komoditas kopi, baik itu jenis arabika maupun robusta lebih mengarah pada pendekatan berkelanjutan. Pada sistem produksi, jelas terlihat bahwa pemberlakuan beberapa sistem sertifikasi mengarah pada pengembagan kopi secara berkelanjutan Nuva et al., 2013. Bahkan secara spesifik Giovanucci dan Ponte, 2005 membahas aspek sosial. Demikian juga dengan hal eco-labeling dan pemanfaatan beberapa hasil samping by- product kopi menjadi hasil olahan terbaru Narita dan Inuoye, 2014. FUTURE WORK Sangat penting untuk melakukan kajian lebih lanjut terhadap produk turunan kopi, misalnya cold-brew dan minuman ringan beverages campuran kopi dengan produk lain, misalnya kopi terutama dari aspek mutu dan khusus bagi negara muslim adalah sistem serfikasi halal. Demikian juga dengan kajian yang mencakup susbtansi dari pembangunan berkelanjutan komoditas kopi, terutama yang mencakup perubahan iklim, Sistem Produksi dan Pengolahan Kopi Berkelanjutan State of The Art Jurnal Agroteknologi Vol. 13 No. 02 2019 177 penggelolaan sosial-konflik dan distribusi keuntungan yang berkeadilan. DAFTAR PUSTAKA Adam, M., Ghaly, 2007. Maximizing sustainability of the costarican coffee industry. Journal of Cleaner Production, 15 1716-1729. Aliah, Edzuan, Diana, 2015. A Review of quality coffee roasting degree evaluation. Journal of Applied Science and Agriculture, 10 7 18-23. Ameyu, 2016. Physical quality analysis of roasted arabica coffee beans subjected to different harvesting and postharvest processing methods in Eastern Ethiopia. Food Science and Quality Management, 57 1-9. Asiah, N., Dewi, Astuti, 2018. Shelf Life Prediction and Sensory Attributes of Cold Brew Cibulao Arabica Coffee During Storage. Proceeding of Workshop & Conference, Jakarta 27-28 March 2018. Astuti, Offermans A., Kemp R., Corver R. 2015. The impact of coffee certification on the economic performance of indonesian actors. Asian Journal of Agriculture and Development, 12 2 1-14. Angeloni, G., Guerrini, L., Masella, P., Innocenti, M., Bellumori, M., Parenti, A. 2017. Characterization and comparison of cold brew and cold drip coffee extraction methods. J. Sci. Food Agric. Bhumiratana, N., Adhikari, K., Chambers, E. 2011. Evolution of sensory aroma attributes from coffee beans to brewed coffee, Food Sci. Technology, 4 2185-2192. Clarke, 2001. Instant Coffee and Processing, Coffee Recent Development edited Clarke dan Vitzhnum. Blackwell Science Ltd, Paris. Cowan, B. 2005. The Social Life of Coffee, the emergence of British Coffee House. Cremaschi, G., D., van Evert Jansen D. M., Meuwissen M. P. M., Lansink A. G. J. M. 2018. Assessing the sustainability performance of coffee farms in Vietnam A social profit inefficiency approach. Sustainability, 10 4277 1-23. Cuthbertson, R. 2011. The need for sustainable supply chain management di dalam Sustainable Supply Chain Management Practical Ideas for Moving Towards Best Practice. Springer-Verlag Berlin Heidelberg. Dwiranti, N., S., Ardiansyah, Asiah., N. 2019. Sensory attributes of cold brew coffee products at various resting time after roasting process. Pelita Perkebunan, 35 1 42-50. Farah, A. 2011. Coffee Constituents. Coffee Emerging Health Effect and Disease Prevention. Editor YF Chu. IFT Press, John Wiley and Sons, New Delhi, India. Fuller, M., dan Rao, 2017. The effect of time, roasting temperature, and grind size on caffeine and chlorogenic acid concentrations in cold brew coffee. Scientific Report, 7 17997 1-9. Darmawan, A., Cahyo, F., Widyotomo., S. 2018. Determining optimum point of robusta coffee bean roasting process for taste consistency. Pelita Perkebunan, 34 1 59-65. Gimenez, C., Sierra, V., Rodon, J. 2012. Sustaineble operation Their impact on the triple bottom line. Int. Journal Production Economic, 140 149-159. Giovannucci, D., dan Ponte S. 2005. Standart as a new form of social contract Sustainability initiative for coffee industry. Food Policy, 30 284-301. Ghosh, P., dan Venkatachalapathy, N. 2014. Processing and drying of coffee, A review. International Journal of Engineering Research & Technology, 3 12 784-794. Haile, M., and Kang, W., H. 2019. The role of microbes in coffee fermentation and their impact on coffee quality. Journal of Food Quality, Article ID 4836709 1-6. Sistem Produksi dan Pengolahan Kopi Berkelanjutan State of The Art Jurnal Agroteknologi Vol. 13 No. 02 2019 178 Hatzold, T. 2011. Introduction, Coffee Emerging Health Effect and Disease Prevention. Editor YF Chu. IFT Press, John Wiley and Sons, New Delhi, India. Hecimovic, I., Belscak-Ctinovic, A., Horzic, D., Komes, D. 2011. Comparative study of polyphenol and caffein in different coffee varieties affected by the degree roasting. Food Chemistry, 129 991-1000. Heo, J., Choi, K., E., Wang, S., Adhikari, K., Lee., J. 2019. Cold brew coffee Consumer acceptability and characterization using the check-all-that-apply CATA Method. Foods, 8 34 1-14. Ho, T., Wilson C., Hoang V-N., Nguyen T., T. 2018. Eco-efficiency analysis of sustainability-certified coffee production in Vietnam. Journal of Cleaner Production, Accepted Manuscript. International Coffee Organization [ICO]. 2019. Total Production Coffee by Exporting Countries. [Diakses 18 Nopember 2019]. Jaya, R., Machfud, Raharja S, Marimin. 2013. Sustainability analysis for gayo coffee supply chain. International Journal on Advanced Science Engineering Information Technology, 3 2 24-28. Kreuml, M., T., L., Majchrzak, D., Ploederl, B., Koening, J. 2013. Changes in sensory quality characteristics of coffee during storage. Food Science & Nutrition, 1-6. Wiley Int. Krishnan, S. 2017. Sustainable Coffee Production. Oxford Research Encyclopedia of Environmental Science. Oxford University Press, USA. Kwak, H., S., Kim., M., Jeong, Y. 2015. Developing Water-extracted cacao-coffee beverage Effects of temperature and time on cacao roasting and the beverage acceptability. CYTA Journal of Food, 14 2 248-258. Kwak, H., S., Jeong., Y., Kim, M. 2018. Effect of yeast fermentation of green coffee beans on antioxidant activity and consumer acceptability. Journal of Food Quality, Article ID 5967130 1-8. Lane, S., Palmer, J., Christie, B., R., Ehlting, L., Le, C., H. 2017. Can cold brew coffee be convenient? A pilot study for caffeine content in cold brew coffee concentrate using high performance liquid chromatography. The Arbutus Review, 8 1 15-23. Langhelle, O. 1999. Sustainable Development Exploring the Ethics of Our Common Future. International Political Science Review, 20 2 129–149. Mayrowani, H. 2013. Kebijakan penyediaan teknologi pasca panen kopi dan masalah pengembanganya. Forum Penelitian Agro Ekonomi, 31 1 31-49. Mendes, L., C., Menezes, H., C., Aparecida, M., da Silva, A., P. 2001. Optimization of the roasting of robusta coffee C. canephora conillon using acceptability tests and RSM. Food Quality and Preference, 12 153-162. Munasinghe, M. 2010. Sustainomics framework and practical application. MIND Press. Srilanka Munasinghe Institute for Development. Narita, Y., Inouye K. 2014. Review on Utilization and Composition of Coffee Silverskin. Food Research International, Article in Press. Ngugi, K., Aluka, P. 2016. Sensory and organoleptic cup attributes of robusta coffee Coffea canephora Pierre ex A. Froehner. Journal of Agricultural Studies, 4 1 1-16. Nugroho, D., Basunanda, P., Mw, S. 2016. Physical bean quality of arabica coffee Coffea arabica at high and medium altitude. Pelita Perkebunan, 32 3 1-11. Nuva, Yusif, Kuniawati, N., Hanna. 2013. Eco-labelling offers a sustainable future for indonesian coffee. EEPSEA Policy Brief, 2013-PB8. Ogah, and Obebe, 2012. Caffeine content of cocoa and coffee beverages in Lagos, Nigeria. Journal of Innovative Research in Engineering and Sciences 3 1 404-141. Sistem Produksi dan Pengolahan Kopi Berkelanjutan State of The Art Jurnal Agroteknologi Vol. 13 No. 02 2019 179 Oliviera, Oliviera, Botelho, Treto, Botelho, 2018. Coffee quality Cultivars, blends, processing, and storage impact [editorial]. Journal of Food Quality. Phitakwinai, S., Thepa, S., Nilnont, W. 2019. Thin-layer drying of parchment arabica coffee by controlling temperature and relative humidity. Food Science and Nutrition, 1-11. Ram, 2018. Sustaining coffee production Present and future. Prosiding Asian Coffee Association Annual Conference, Mangshi, China 11-12 November. Rao, dan Fuller, M. 2018. Acidity and antioxidant activity of cold brew coffee. Scientific Report, 8 16030 1-9. Rosen, 2018. Issues, concepts and applications for sustainability. Glocalism, 3 1-21. Samper, dan Quiñones-Ruiz, 2017. Towards a Balanced Sustainability Vision for the Coffee Industry. Resources, 6 17 1-28. Shan, Zzaman, W., Yang, 2016. Impact of different temperature-time profiles during superheated steam roasting on some physical changes of robusta coffee. Tropical Agriculture Science, 39 3 311-320. Song, Jang, Debnath, T., Lee, K-G. 2019. Analytical method to detect adulteration of ground roasted coffee. Int. Journal Food Science and Technology, 54 256-262. Syakir, M., dan Surmaini, E. 2017. Perubahan iklim dalam konteks sistem produksi dan pengembangan kopi di Indonesia. Jurnal Litbang Pertanian, 36 2 77-99. Sydorovych, O., Wossink, O. 2008. The meaning of agricultural sustainability Evidence from a conjoint choice survey. Agricultural System, 98 10-20. Tadesse, T., Jemal, Y., Abebe, H. 2015. Effect of green coffee processing methods and roasting temperatures on physical and cup quality of Sidama Coffee, Southern Ethiopia. Journal of Nutritional Ecology and Food Research, 3 1-7. Wachano, 2017. Review on health benefit and risk of coffee consumption. Medical and Aromatic Plants, 6 4 1-12. Willis, H. 2008. Sensory Evaluation of Coffee Cuptesting. Coffee Industry Board CIB. Wijaya, A., Glasbergen P., Mawardi S. 2017. The mediated partnership model for sustainable coffee production experiences from Indonesia. International Food and Agribusiness Management Review, Article-in Press. Wolde, Z., Tefera, A., Yared, S., Gezahagn, T., Tadesse, T. 2017. A Review on coffee farming, production potential and constraints in Gedeo Zone, Southern Ethiopia. Journal of Natural Sciences Research, 7 23 1-9. Volsi, B., Telles Caldarelli, and Camara, 2019. The dynamics of coffee production in Brazil. PLoS ONE, 14 7 1-15. ... Hasil panen kopi diolah secara tradisional, yaitu dipetik, dikeringkan, digiling, dan dijual bijinya kepada pengepul atau tauke dengan harga yang cukup rendah. Jika melihat kondisi tersebut sebenarnya biji kopi yang dihasilkan bisa memiliki nilai jual yang lebih tinggi dengan cara mengolah hasil panen dengan inovasi turunan produk kopi Limbongan et al. 2018;Jaya et al. 2020. Kendala yang dihadapi adalah masih minimnya pengetahuan petani tentang pengelolaan turunan biji kopi dan pemasaran produk yang masih kurang maksimal Zahri & Mulyana 2019. ...Coffee is one of the leading commodities in Muara Enim Regency, South Sumatra Province. The coffee commodity is the backbone of the village community's economy, especially in the highlands of South Sumatra. One of them is Palak Tanah Village, Muara Enim Regency. The coffee commodity has been processed by farmers from generation to generation with an economic chain that still relies on tokeh local collectors. Selling coffee beans that are still raw and unprocessed has no added value to the community's economic well-being. This condition because the rural community does not undertake product innovation for coffee commodities. Regarding this circumstance, our team tries to serve and empower through Coffee Processed Product Innovation Assistance in Tanah Palak Village, Muara Enim, South Sumatra. The aim of the assistance from the university is to encourage the successful realization of one product innovation per village for the village community. The method used was PLA Participatory Learning and Action, divided into two stages involvement in initial mapping and mentoring activities to produce village innovation products. This empowerment activity was carried out for 40 days by Sriwijaya University students and lecture. The main products of this assistance were processed village superior coffee. There are dodol taffy made and kemplang crisp coffee. The empowerment was done by a team in Palak Tanah Village for 40 days and evaluating whether the village community was able to understand and apply innovations for processed coffee products. The key to the success of this empowerment program is repackaging, branding, and online marketing. In the last week's evaluation, the companion team made sure that the village community was able to market their own products through the online shop.... Kopi arabika dan robusta berbeda dari segi penampilan fisik, kesesuaian agroekologi iklim dan ketinggian tempat, sifat kimia, dan penyajiannya yang berpengaruh terhadap citarasanya. Penentuan biji kopi berkuliatas export Julian, Jap, & Dedi, 2019 dalam hal ini merupakan cara untuk menentukan kebijkan yang nantinya akan mempengaruhi pemasaran komoditas tersebut dipasaran, sehingga keputusan dalam menentukan biji berkualitas export harus sesuai dengan yang dari biji kopi yang akan diolah sangat penting karena mempengaruhi nilai jual minuman kopi itu sendiri Jaya, Yusriana, & Ardiansyah, 2019;Santoso, Muhidong, & Mursalim, 2018. ...Budi RaharjoFajar AgustiniPersaingan antara coffeshop yang meningkat menyebabkan pentingnya pengelola coffeshop untuk menemukan cara agar dapat mempertahankan konsumen dan bertahan dalam persaingan. Pemilihan dan pemutuan biji kopi saat ini masih mengandalkan keahlian dan pengalaman seorang pakar sehingga masih bersifat manual. Tujuan diadakannya penelitian ini adalah mengembangkan Aplikasi Sistem Pakar untuk menentukan kualitas/mutu biji kopi dengan metode Forward Chaining. Penelitian ini termasuk penelitian pengembangan. Teknik yang digunakan dalam mengumpulkan data yaitu observasi, wawancara dan studi Pustaka. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Aplikasi yang dikembangkan menggunakan metode Forward Chaining dimana proses penarikan kesimpulan didasarkan pada informasi-informasi yang tersedia. Operator mengecek fisik biji kopi dan mencocokkannya dengan kriteria yang tersedia dalam web, setelah itu hasil pengecekkan akan ditampilkan. Hasil penelitian adalah Sistem pakar mendeteksi kualitas biji kopi ini dapat melakukan pegecekan awal terhadap suatu kualitas/mutu pada biji kopi, selain mendekteksi kualitas/mutu biji kopi juga memberikan informasi mengenai biji kopi, meminimalisir tercampurnya biji kopi kualitas/mutu baik dengan biji kopi dengan kualitas/mutu buruk yang akan mempengaruhi nilai jual biji kopi di pasar. Metode Forward Chaining sangat sesuai digunakan pada sistem pakar mendeteksi kualitas atau mutu pada biji kopi ini, karena Sistem pakar mendeteksi kualitas atau mutu pada biji kopi ini menghasilkan kesimpulan indentifikasi yang cukup akurat dengan metode BacoAmaliah Chintami Dharti AksaRahmat MusriadiMutmainnah LambaSangat banyak produk yang dapat memudahkan pekerjaan manusia dalam hal membahas tentang hubungan manusia dan komputer dalam menggunakan media elektronik untuk mempermudah pekerjaan manusia, tetapi dari segi implementasi masih sangat kurang karena sebagian besar masyarakat kurang responsive dengan alat yang diciptakan untuk mempermudah pekerjaan. Penelitian ini bertujuan untuk merancang prototype smart coffee roasting berbasis mikrokontroller. Perancangan prototype smart coffee roasting berbasis mikrokontroller. Metode yang digunakan adalah pendekatan prototyping terdiri dari beberapa bagian yaitu rangkaian perangkat keras hardware dan perangkar lunak software. Sensor suhu berfungsi sebagai pengontrol suhu pada kopi sesuai dengan yang sudah di tentukan sebelumnya sedangkan motor DC di gunakan pada bagian pengaduk sehingga kopi dapat matang dengan merata dan kompor portable sebagai sumber panas pada mesin roasting. LCD akan menampilkan waktu dan suhu pada alat penyangrai. Hasil penelitian penyangrai kopi otomatis ini menghasilkan 4 jenis kopi yaitu light roast, medium roast, medium dark roast, dark roast dan set timer di gunakan saat ingin menyangrai kopi dengan menginput waktu sesuai dengan yang di inginkan pengguna. pengujian hasil terendah dengan kadar 0,75 g/cm3, suhu 28°C, banyak kopi 1oz, waktu 15 menit dengan tingkat kematangan light roast. Menghasilkan biji kopi yang masih belum matang dan belum siap produksi sedangkan pegujian hasil tertinggi dengan kadar 1,20 g/cm3,suhu 43°C,banyak kopi 1oz,waktu 40 menit dengan tingkat kematanga dark roast. Menghasilkan biji kopi yang sudah matang dan siap produksi. Kesimpulan dari penelitian ini adalah mesin penyangrai kopi berguna untuk meroasting kopi green been, mesin akan bekerja berdasarkan sistem yang telah ditentukan oleh si pengguna. Alat ini pada umumya masih jarang di gunakan oleh masyarakat dan tidak untuk memproduksi/siap saji. Harga alat ini lebih murah dibandingkan dengan harga yang ada dipasaran alat ini juga dirancang khusus dengan menggunakan arduino uno sebagai sistem support alat otomatis roasting RefianaThe aims of the research on technical and financial analysis of the business of making "Kopi Aranio" powder coffee are 1 to know the technical implementation of powder coffee processing, and 2 to know the profit in powder coffee business activities. The research was conducted for 3 months, the research location was in Aranio Village, Aranio District, Banjar Regency. Research activities implemented include preparation, field observations, data collection, data analysis, and reporting. The results showed that 1 technically the coffee-making business in Aranio Village, Aranio District, Banjar Regency was good, but it could not be separated from natural obstacles such as floods, rains and so on which hampered coffee marketing; and 2 it is known that the total revenue is Rp. 17,100,000, - while the total cost is Rp. it can be seen that the amount of profit is Rp. HartatiNikman AzminMuhammad IrwansyahKopi merupakan salah satu komoditas pertanian yang memiliki nilai ekonomi yang sangat tinggi. Biji Kopi umumnya diolah dengan beberapa cara pengolahan yaitu cara basah dan cara kering, salah satu tahapan pengolahan cara basah pada biji kopi yang sangat menentukan mutu adalah dengan metode fermentasi. Fermentasi bertujuan untuk menghilangkan lapisan lendir yang tersisa dipermukaan kulit biji kopi setelah proses pembersihan. Tujauan penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik fisik bubuk kopi dan mutu organoleptik bubuk kopi pada berbagai metode fermentasi. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Biologi STKIP Bima, sampel biji kopi di ambil di Kecamatan Bumi Pajo Desa Rora Kecamatan Donggo Kabupaten Bima. Waktu penelitian dilakukan selama 4 bulan. Indicator yang diamati dalam penelitian ini adalah kadar air bubuk kopi, warna, cita rasa, aroma, kepahitan, dan kesukaan. Dari hasil uji organoleptik terhadap mutu kopi, menunjukkan berpengaruh nyata terhadap warna, rasa dan aroma seduhan bubuk kopi, tetapi perpengaruh tidak nyata terhadap kepahitan dan tingkat kesukaan. Panelis lebih menyukai seduhan bubuk kopi pada perlakuan fermentasi kering dengan lama fermentasi 6 dan 8 hariDekrita KomarasaktiErwan KomaraBiller PanjaitanSurya AnsoriPengabdian kepada masyarakat atau yang disingkat PKM, adalah salah satu kegiatan tridharma perguruan tinggi yang bertujuan membantu masyarakat tertentu dalam beberapa aktivitas tanpa mengharapkan imbalan dalam bentuk apapun. Secara umum program ini dirancang oleh berbagai universitas atau institut yang ada di Indonesia, salah satunya adalah Universitas sangga Buana YPKP Bandung Jawa Barat untuk memberikan kontribusi nyata bagi bangsa masyarakat, khususnya dalam mengembangkan dan meningkatkan kesejahteraan. Tujuan PKM kali ini adalah memberikan solusi berdasarkan kajian akademik atas kebutuhan, tantangan, atau persoalan yang dihadapi masyarakat, baik secara langsung maupun tidak langsung dalam mengelola sumber daya alam di Desa Rawa Bogo di Kecamatan Ciwidey di Kabupaten Bandung dalam bentuk sosialisasi dan pendampingan menanam bibit kopi tersertifikasi. Metode yang akan digunakan dalam pencapaian tujuan yaitu dengan pendekatan sosial kewilayahan dan pendampingan membuat administrasi proposal bantuan bibit kopi tersertifikasi, pemetaan wilayah penanaman serta pembentukan kelompok tani melalui diskusi forum kelompok sesuai kebutuhan lapangan. Immy RohyaniTika Komang Santhya DewiSeptiani SeptianiZhofi Ratni AlawiyahRagam produk minuman dan masker kecantikan berbahan kopi. Kopi memiliki nilai jual yang berpotensi tinggi untuk menunjang perekonomian masyarakat di kelurahan sapta marga. Karena tinggi persaingan penjualan produk-produk tersebut diperlukan inovasi pembuatan produk baru yang memiliki potensi nilai jual tinggi. Program ini merupakan sebuah penyuluhan kepada masyarakat kecamatan cakranegara, kelurahan sapta marga sebagai bentuk program kewirausahaan untuk menciptakan usaha baru di masyarakat setempat. Jumlah kebutuhan kopi di Indonesia diperkirakan akan terus meningkatkan dikarenakan semakin tingginya minat masyarakat terhadap produk olahan kopi yaitu minuman dan masker kecantikan bagi masyarakat khususnya di kelurahan sapta marga, sementara produk olahan kopi yang tersedia belum terlalu banyak, maka dibutuhkan kopi dengan kualitas tinggi dan memiliki keunikan tersendiri agar dapat dicintai oleh para konsumen kopi yang ada di daerah setempat maupun di seluruh indonesia. Dengan potensi sumber daya manusia yang ada,seharusnya ragam kopi yang ada dapat ditingkatkan baik dari segi kualitas hingga keunikan produk tersebut. Peningkatan kualitas kopi untuk menunjang perekonomian masyarakat di kelurahan sapta marga dengan metode ceramah serta melakukan pelatihan mengenai produk turunan dari kopi yang dapat dimanfaatkan sebagai minuman dan masker wajah. Oleh sebab itu di adakan pelatihan kepada masyarakat untuk mengajarkan pembuatan minuman dan masker wajah berbahan kopi. Dalam kegiatan ini pembuatan minuman dan masker wajah berbahan kopi yang dihasilkan menjadi produk minuman dan masker wajah yang berkualitas mulai dari penyortiran, pengupasan, penyaringan, penggiling/penghalusan biji kopi, pengemasan hingga pembuatan minuman kopi dan ampas dari minuman kopi akan diolah kembali menjadi masker wajah. Kegiatan pelatihan diikuti oleh 10 peserta dari kalangan remaja dan ibu rumah tangga di pandu oleh mahasiswa KKN Universitas Mataram. Pelatihan di kelurahan sapta marga diharapkan mempunyai manfaat antara lain meningkatkan perekonomian dari masyarakat kelurahan sapta marga karena mereka dapat mengolah kopi menjadi produk unggulan yang memiliki daya jual tinggi jika dipasarkan, sehingga akan menjadi bisnis yang menguntungkan bagi masyarakat kelurahan sapta aim of this study was to investigate consumers' acceptability and perceived sensory attributes of cold brew coffee, which is increasing in popularity. A total of 120 consumers evaluated liking of 13 cold brew coffee samples and checked sensory attributes they perceived using the check-all-that-apply CATA method. Correspondence analysis identified characteristics of each cold brew sample and brewing methods, namely cold brew, coffee machine brewed but served cold, ready-to-drink, and purchased from a coffee shop. In addition, a reduced number of terms were reviewed for common-to-all cold brew samples 17 terms and specific to each sample 48 terms, which also discriminated among samples. Furthermore, data on consumers' liking were not influenced by caffeine contents and most of the volatile compounds, but chlorogenic acid and trigonelline contents were negatively related with sensory data. This study specifies the characteristics of cold brew coffee using the CATA method, shows consumers' segmentation using acceptability, and investigates the relationship between sensory liking data and non-volatile, volatile compounds of coffee. Sutida PhitakwinaiSirichai ThepaWanich NilnontThis paper presents thin‐layer drying of parchment coffee Coffea arabica. Thin‐layer drying of parchment coffee was conducted under controlled temperatures 50°C, 60°C, and 70°C and relative humidities 10%–30%. The temperature of the drying air was important for drying at a high temperature, which results in the rapid removal of moisture and reduced time for drying. Nine thin‐layer drying models Newton, Page, Henderson and Pabis, logarithmic, two‐term, modified Henderson and Pabis, two‐term exponential, approximation diffusion, and modified‐Midilli were fitted to the experimental data for parchment coffee. The drying parameters of parchment coffee were related to temperature and relative humidity. The best model was the modified‐Midilli model, which can be used to design the optimal dryer. The effective moisture diffusivity of parchment coffee drying was determined by minimizing the sum of squares of the deviations between the experimental data for the moisture content and the predicted values of thin‐layer drying. The effective moisture diffusivity as a function of the temperature at each relative humidity was expressed by the Arrhenius‐type equation. Thin‐layer drying of parchment coffee was conducted under conditions that controlled temperature 40, 50, and 60°C and relative humidity 10%, 20%, and 30%. The drying parameters of parchment coffee were function of air temperature and relative humidity. Modified‐Midilli model was found to be the best fitted. The effective moisture diffusivities of parchment coffee were determined by minimizing sum of squares of the deviations between the predicted and the experimental values of moisture contents during drying. The effective moisture diffusivity of parchment coffee increased with temperature and was expressed by the Arrhenius‐type is a crop of significant importance for Brazilian agrobusiness. There is evidence that both the geographic distribution of coffee production, and the varieties of coffee produced, have changed throughout Brazil over the course of time. Furthermore, it appears that these developments are associated with structural changes resulting from reductions in government intervention and its effects on prices in the coffee market, which has established a new dynamic of coffee production in the country. In this context, this study's objective is to analyze the dynamics of coffee production in Brazil, to identify the Brazilian micro-regions specializing in coffee activities, and to track how the spatial distribution of these micro-regions has varied over time. In so doing, the study aims to identify defining economic characteristics of primary coffee-producing regions. Drawing primarily on data from the Brazilian Institute of Geography and Statistics, the study proceeds by applying Pearson correlation, Granger causality test, location quotient, principal components, and clustering analyses to explore how, during the 1984-2015 period, significant changes occurred in the distribution of regions specializing in coffee production. States such as Paraná and São Paulo, historically important coffee producers, declined in importance, leaving only a few micro-regions in these states specialized in coffee production. During the 2014/15 biennium, 80% of the coffee-specialized micro-regions were concentrated in the states of Minas Gerais, Bahia, Rondônia, and Espírito Santo. Minas Gerais and Bahia primarily produced arabica coffee, while Rondônia specialized in conilon robusta coffee. Overall, coffee produced in Brazil improved in quality and value-added over this period. Akundi SantaramCoffee is a very important contribution of the developing countries to the world. It is the second largest traded commodity on the world market and is the sustaining force behind the economies of over eighty developing countries that produce the crop [1]. There are two main types of coffee in trade Arabica Coffea arabica and Robusta Coffea canephora. Sustaining production of Arabica coffee has become a matter of considerable concern with the advancing climate change that is witnessed in the greater incidence of drought, diseases and pests, all of which are associated with higher temperatures. This situation calls for serious efforts on the part of the fraternity of growers and also the scientific community to ensure a favourable balance between the climate and the coffee plant. Natural habitat of Arabica coffee is the forest understory of Ethiopian Montane Forests, where it is a component of the forest middle tier, halfway between the ground cover and the tall canopy [2]. Thus, it grows well wherever similar conditions prevail. Other important climatic requirements include a weather without extremes, not too hot and no frost; soil that is well drained and with good fertility volcanic soils considered best and good rainfall with even distribution [2,3]. Like all other trees, coffee tree also requires sunlight to carry-on all the phenological life functions. However, too much of direct sunlight appears not to be good. Filtered light coming through the upper canopy leaves of forest trees originally sustained the coffee plant in its home habitat [1,2] and the same appears to be good for cultivated coffee as well. Thus, coffee is traditionally grown under the shade of forest trees on mountain slopes with good water drainage [3,4,5,6,7,8,9]. Shade coffee farms retain forest trees of different heights to create an ambience that is good for coffee production and benign to the environment at the same time 3. In this system, production levels are not very high but extend over long periods of time as it happens in the natural habitats. That is how coffee production was going on for nearly three centuries from its beginnings in the 17 th century. Present Scenario Over a century of research efforts led to a considerable understanding of genetics of the coffee plant and there are many varieties of Arabica coffee in the different countries that produce this commodity [11]. Most of these varieties descended from the nucleus materials Z. RaoMegan FullerThe acidity and antioxidant activity of cold brew coffee were investigated using light roast coffees from Brazil, two regions of Ethiopia, Columbia, Myanmar, and Mexico. The concentrations of three caffeoylquinic acid CQA isomers were also determined. Cold brew coffee chemistry was compared to that of hot brew coffee prepared with the same grind-to-coffee ratio. The pH values of the cold and hot brew samples were found to be comparable, ranging from to The hot brew coffees were found to have higher concentrations of total titratable acids, as well as higher antioxidant activity, than that of their cold brew counterparts. It was also noted that both the concentration of total titratable acids and antioxidant activity correlated poorly with total CQA concentration in hot brew coffee. This work suggests that the hot brew method tends to extract more non-deprotonated acids than the cold brew method. These acids may be responsible for the higher antioxidant activities observed in the hot brew coffee productivity, outbreak of insects and diseases, and decreasing in physical and cup quality are major problems for Arabica coffee cultivation in medium altitude. The aim of this study was to investigate the effect of altitude on physical quality in eight genotypes of Arabica coffee. This research was conducted at two locations Andungsari Research Station-Bondowoso 1250 m asl. as high altitude and Kalibendo Estate-Banyuwangi 700 m asl. as medium altitude. Randomized complete block design was used with three replications. Collected data consisted of outturn, weight of 100 beans, shape bean normality, apparent swelling, bulk density before and after roasting. Combined analysis on the physical quality traits of green bean showed genotype x altitude interactions on weight of 100 beans, percentage of normal beans and percentage of empty bean. Altitude significantly influenced coffee outturn. Decreasing in altitude from m asl. to 700 m asl. caused declining in the outturn as much BP 700A, K 29, K 34, K 79, and K 99 were genotypes that stable to produce normal bean and empty beans at high and medium altidute, while K 8, K 130, and SIG were genotypes with high normal beans at high altitude but not stable. Genotype x altitude interaction did not occur for physical quality of other variables of outturn, bulk density before and after roasting, apparent swelling, percentage of round beans, percentage of elephant beans, and percentage of triage beans. Altitude showed significant effect on all of physical quality of bean study assessed the functionality and consumer acceptance of yeast fermented coffee beans. Green coffee beans were fermented for 24 h with three different yeast strains to increase functionality. The yeast fermentation was effective in fortifying the functionality of coffee by significantly increasing antioxidant activity according to the results of ORAC and SOD-like assay PCoffee is one of the Indonesian largest export commodities and has a strategic role in the economy of nearly two million farmers’ livelihood. The potency of Indonesia’s coffee export is quite high because of its preferred taste, however the trend of national coffee production is only 1-2% per year. On the other hand, the impacts of climate change also threaten the achievement of increased production targets. This paper reviews the impact climate change on coffee production and the adaptation strategies. The main coffee producing regions in Indonesia are Aceh, North Sumatera, South Sumatera, Lampung, Bengkulu, East Java and South Sulawesi Provinces. Most of these regions are vulnerable to climate change. The increasing of extreme climate events such as drought due to El Niño causes a decline in national coffee production to 10%. On the contrary, the longer wet season due to La Niña caused the decreased coffee production to 80%. Indirect impacts due to rising temperatures are increased incidence of coffee borer and leaf rust disease which can lead to a 50% decline on coffee production. Due to rising temperatures, the projected coffee production areas are projected to shift to higher elevations. Numerous adaptive technologies have been intoduced, however adaptive capacaity of farmers are still low. This condition is exacerbated by the limited access of most farmers to climate information, markets, technology, farming credits, and climate risk management information. To overcome the problem, policy makers, stakeholders and farmers have to accelerate the adaptation practices since the climate change has occurred and will continue to happen. Keywords Coffee, climate change, production, adaptation Top of Form Abstrak Kopi merupakan salah satu komoditas ekspor yang berperan strategis dalam perekonomian hampir dua juta rumah petani di Indonesia. Potensi ekspor kopi Indonesia cukup tinggi karena cita rasanya yang disukai, namun tren peningkatan produksi kopi nasional hanya 1-2% per tahun. Di sisi lain, dampak perubahan iklim juga mengancam tercapainya target peningkatan produksi. Makalah ini merupakan tinjauan dampak perubahan iklim terhadap produksi kopi dan strategi adaptasinya di Indonesia. Daerah penghasil utama kopi seperti Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Lampung, Bengkulu, Jawa Timur dan Sulawesi Selatan rentan terhadap dampak perubahan iklim. Meningkatnya kejadian iklim ekstrim seperti kekeringan akibat El Niño mengakibatkan penurunan produksi kopi 10%. Sebaliknya, musim hujan yang panjang akibat La Niña menurunkan produksi kopi hingga 80%. Dampak tidak langsung perubahan iklim adalah meningkatnya serangan hama penggerek buah kopi dan penyakit karat daun yang menyebabkan penurunan produksi sekitar 50%. Akibat kenaikan suhu, sentra produksi kopi diproyeksikan akan berpindah ke wilayah dengan elevasi yang lebih tinggi. Berbagai teknologi adaptasi telah dihasilkan, namun tingkat adaptasi petani kopi umumnya masih rendah. Kondisi ini diperparah oleh terbatasnya akses sebagian besar petani terhadap informasi iklim, pasar, teknologi, kredit usaha tani, dan informasi pengelolaan risiko iklim. Untuk mengatasi masalah tersebut, pengambil kebijakan, stakeholder, dan petani harus mengakselerasi upaya adaptasi karena perubahan iklim telah terjadi dan akan terus berlangsung. Kata kunci Kopi, perubahan iklim, produksi, adaptasi .
  • oye0za7pku.pages.dev/459
  • oye0za7pku.pages.dev/984
  • oye0za7pku.pages.dev/14
  • oye0za7pku.pages.dev/355
  • oye0za7pku.pages.dev/812
  • oye0za7pku.pages.dev/854
  • oye0za7pku.pages.dev/135
  • oye0za7pku.pages.dev/499
  • oye0za7pku.pages.dev/956
  • oye0za7pku.pages.dev/991
  • oye0za7pku.pages.dev/227
  • oye0za7pku.pages.dev/163
  • oye0za7pku.pages.dev/336
  • oye0za7pku.pages.dev/339
  • oye0za7pku.pages.dev/679
  • cara mengolah hasil panen